Belajar Rendah Hati dari Paulus
“Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus yang tidak terduga itu.” Efesus 3:8.
Dalam kutipan Firman Tuhan dari Efesus di atas, kita bisa merasakan bahwa seorang rasul terbesar sedang menuruni anak tangga terendah. Ia menempatkan diri sebagai yang paling hina di antara para orang kudus, yang paling akhir dari antara para rasul, dan seorang pendosa terbesar. Tentu kita mengetahui bahwa kisah Saulus sebelum ia bertemu dengan Kristus dan kemudian berubah.
Fondasi bangunan terindah ada di dasar terendah, yakni batu-batu besar yang tajam dan kasar. Ranting pohon yang paling banyak menghasilkan buah adalah yang terjuntai paling rendah menembus kedalaman tanah. Keindahan jiwa yang rendah hati adalah saat ia rela menanggung beban dan menerima hantaman dan pukulan dengan sabar dan tidak bersuara. Rendah hati berarti kita mampu meredam dan menguasai diri.
Orang yang rendah hati melihat Allah melalui semua tindakan manusia. Ia memandang melampaui penyebab kedua, dan melihat tangan Allah bekerja dan turut serta dalam segala kejadian. Seperti dengan Harun, saat ia tiba-tiba dikejutkan dengan kematian kedua putranya yang mengerikan, ia terbungkam dan terkontrol emosinya; ia duduk terdiam di bawah kedahsyatan sambaran keadilan Ilahi, karena api yang melahap anak-anaknya berasal dari Allah.
Ada juga saat ketika Samuel memberitahukan Imam Eli bahwa Allah akan menghukum keluarganya untuk selamanya, “Dia Tuhan”, kata Eli, “Biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang-Nya baik!” (1 Sam. 3:18). Eli dengan rendah hati dan sabar meletakkan lehernya di atas balok pancungan; Dia adalah Tuhan, biarlah Dia menyambar, biarlah Dia menewaskan. Jiwa yang taat mungkin merintih di bawah tekanan penderitaan, tetapi mereka tidak akan menggerutu setelah badai masalah dan kehidupan itu terjadi.
Hati yang congkak tentu bisa bicara panjang lebar mengenai kesabaran. Namun, saat badai yang sebenarnya datang, hanya orang yang rendah hati sanggup menerapkan kesabaran. Jiwa yang taat berkata: ‘Aku tertindas, tetapi kemurahan Allah tidak akan membiarkan aku binasa. Sekalipun aku telah jatuh ke lubang, tapi oleh anugerah yang cuma-cuma aku tidak dilemparkan ke neraka. Allah yang Maha Adil tidak mungkin bertindak salah terhadapku, dan Ia terlalu bermurah hati untuk merugikan aku, dan oleh sebab itu aku akan berdiam diri dan bungkam membisu; biarlah Ia melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya dengan daku’.
Orang congkak melawan saat ditentang. Mereka membalas ketika dipukul. Kain berteriak keras: “Hukumanku itu lebih besar dari pada yang dapat kutanggung”. Namun, Paulus mampu berkata, “Kepadaku, yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus yang tidak terduga itu.”
Pada masa-masa terakhir hidup-Nya di dunia ini, Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya untuk mengajarkan teladan kerendahan hati dan semangat melayani orang lain. Yesus mengatakan kepada para murid-Nya sebagaimana Aku membasuh kakimu maka kamu wajib saling membasuh kaki yang mana berarti harus saling melayani dan merendahkan diri.
Mari kita sama-sama belajar rendah hati di dalam kehidupan kita. Bukan hanya karena itu adalah buah-buah Roh, melainkan karena kita juga mau mengikuti teladan Tuhan kita, Tuhan Yesus Kristus.