Cara Pandang Allah
Hari itu Samuel disuruh Allah untuk pergi ke kota Betlehem. Bukan tempat yang baru baginya, karena Samuel sudah berkeliling Israel selama ia hidup. Namun kali ini, ia pergi ke Betlehem untuk sebuah tugas besar yang Allah sudah katakan sebelumnya, yaitu untuk mengurapi seorang raja baru bagi Israel. Seorang dari salah satu anak Isai, kata Allah. Suatu perbuatan yang berisiko bukan? Mengangkat seorang raja baru saat raja yang lama sedang berkuasa? Hukuman mati pasti dijatuhkan pada Samuel. Untunglah, Allah sudah mempersiapkan ini semua, Ia menyuruh Samuel pergi ke Betlehem untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan di rumah Isai. Di rumah Isailah, Allah sendiri yang akan menunjukkan siapa yang harus Samuel urapi sebagai raja Israel yang baru. Bagaimana cara pandang Allah?
Singkat cerita, tiap-tiap anak Isai disuruh untuk masuk satu per satu. Dimulai dari Eliab, anak pertama. Ketika melihat Eliab, Samuel menganggap bahwa Eliab inilah yang akan diurapi dengan minyak yang telah dipersiapkannya. Namun, datanglah Firman Tuhan kepadanya dan menegur Samuel:”Janganlah pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi sebab aku telah menolaknya.” Berikutnya, Abinadab, Simea, Netaneel, Radai, dan Ozeb masuk ke dalam ruangan tersebut. Allah tidak memberikan persetujuan kepada semuanya untuk diurapi menjadi raja. Samuel menyuruh Isai memanggil Daud yang sedang menggembalakan kambing domba di padang. Akhirnya, Daud datang dan Allah berfirman :”Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” Hari itu, Daud, seorang yang masih kemerah-merahan (sangat muda) resmi diurapi sebagai raja atas Israel.
Apakah Anda bingung dengan keputusan Allah? Bingung dengan cara pandang Allah? Sejenak saya juga bingung dengan keputusan Allah. Memilih seorang raja Israel dari keluarga nun jauh di Betlehem, jauh dari hingar bingar ibukota Yerusalem. Yang dipilih juga anak paling bungsu, yang untuk ikut ibadah persembahan korban saja belum pantas untuk ikut. Ia memilih untuk menggembalakan kambing domba di padang layaknya seorang bawahan. Benar bukan? Rasanya aneh ya?
Ternyata saya salah. Ketika saya berkesempatan untuk bisa mendalami tokoh Daud secara mendalam, saya menemukan banyak alasan mengapa Allah memilih dia sebagai raja Israel. Pada kesempatan lain, saya akan menceritakan betapa hebatnya kehidupan Daud. Namun, yang ingin saya tekankan adalah bahwa sering penilaian kita hanya terbatas pada yang kelihatan mata saja. Seperti Samuel, yang langsung menganggap seorang itu layak hanya karena penampilan fisiknya saja. Penilaian kita sering tidak sama dengan penilaian Tuhan. Tuhan menilai dari hati, hati yang paling dalam. Allah jauh lebih mengetahui yang terkandung di dalam hati manusia. Jadi, sudah selayaknya tidak tidak langsung menilai seseorang dari luarnya saja, menyelidikinya dari dalam akan membukakan hati dan mata kita akan pribadi orang tersebut.
Cara pandang Allah berbeda dengan cara pandang manusia.
2 thoughts on “Cara Pandang Allah”