Diampuni untuk Mengampuni
Suatu hari seorang guru agama memberikan pelajaran yang amat penting bagi murid-muridnya. Ia menyediakan kantong plastik yang cukup besar untuk masing-masing anak di kelasnya. Ketika mereka masuk, kantong-kantong plastik itu dibagikan dan guru itu meminta agar masing-masing anak menuliskan namanya di kantong plastik itu. Setiap kali ada orang yang mereka benci dan tidak dimaafkan, mereka harus memasukkan satu buah tomat ke dalam kantong masing-masing. Kantong plastik itu harus mereka bawa kemana pun mereka pergi. Banyak anak yang mengeluh karena tomat-tomat yang ada di kantong plastik itu sudah membusuk dan mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Melalui pengalaman itu, murid-murid itu diajar bagaimana menyimpan dendam dan kebencian itu tidaklah menyenangkan. Dan tidak dapat dipungkiri, banyak orang yang menyimpan dendam dan kebencian. Ada harga yang sangat mahal untuk setiap akar kepahitan yang kita pelihara. Bahkan di saat orang yang kita benci tidak merasakan apa-apa, kita malah harus menanggung bau busuk itu sendirian.
Diampuni untuk Mengampuni
Tuhan memberikan jawaban akan pertanyaan Petrus mengenai jumlah pengampunan yang harus diberikan manusia kepada sesamanya. Jawaban Yesus amat mengejutkan, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Jangan mengartikan harafiah ucapan Yesus di sini, yaitu sebanyak 490 kali (berdasarkan perhitungan matematis). Maksud Yesus sebenarnya tidak ada batasan berapa banyak kita harus mengampuni. Batas itu hanyalah kematian, di mana saat manusia sudah mati tidak akan mungkin mengampuni lagi. Selama hayat dikandung badan, selagi masih ada nafas, berilah pengampunan sebanyak-banyaknya kepada sesama. Anda sudah beroleh pengampunan dari Tuhan atas semua dosa dan kesalahan Anda. Dan Ia mengharapkan Anda mampu melakukan hal yang sama bagi orang lain.
Mintalah kepada Tuhan sebuah hati yang mau mengampuni.
Diampuni Kristus, berarti kita pun sedia mengampuni. Diampuni untuk mengampuni.
Sumber Gambar : BlogSpot