Dukacita Ilahi
“Jadi meskipun aku telah menyedihkan hatimu dengan suratku itu, namun aku tidak menyesalkannya. Memang pernah aku menyesalkannya, karena aku lihat, bahwa surat itu menyedihkan hatimu kendatipun untuk seketika saja lamanya, namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat. Sebab dukacitamu itu menurut kehendak Allah, sehingga kamu sedikitpun tidak dirugikan oleh karena kami.”
(1 Korintus 7:8-9).
Apa sih artinya dukacita Ilahi? Dukacita karena Tuhan? Jadi Tuhan bisa membuat kita sedih? Ya, itu benar. Melalui Firman-Nya yang agung, dan lewat pemberitaan Firman lewat hamba Tuhan, kita semua bisa mengalami dukacita. Dukacita Ilahi lebih tepatnya. Kisah dalam 2 Korintus 7:2-16 adalah contoh yang tepat untuk menjelaskan arti dukacita ilahi.
Mengalami Dukacita Ilahi
Paulus memuji jemaat Korintus karena mereka mengerti antara dukacita ilahi dan dukacita duniawi. Surat pertama Paulus begitu keras, saat ia menegur dosa yang mereka lakukan. Perkataannya membuat sebagian jemaat berdukacita. Tapi sebaliknya, karena hal itu Paulus malah bersukacita. Mengapa demikian? Dukacita mereka tidak hanya sebatas perasaan sedih karena tertangkap basah atau karena konsekuensi akibat dosa mereka. Dukacita mereka adalah dukacita Ilahi, suatu penyesalan sejati atas dosa-dosa mereka. Dukacita ini pasti menuntun kepada pertobatan, sebuah perubahan pola pikir yang akan menuntun mereka meninggalkan kehidupan lama dan kembali menghadap kepada Allah. Sebagai hasilnya, pertobatan itu memimpin mereka lepas dari kebiasaan-kebiasaan yang penuh dosa. Jadi kita tahu bahwa dukacita Ilahi adalah karya Roh Kudus untuk menyadarkan kita akan dosa-dosa kita.
Mungkin sebagian dari kita selalu mendengarkan Firman Tuhan, tapi mengapa tidak bisa berubah? Itu karena kita mengeraskan hati dan selalu menganggap diri benar. Bersikaplah rendah hati saat mendengarkan Firman Tuhan. Biarlah Roh Kudus yang bekerja dan menyadarkan kita akan segala dosa-dosa yang kita lakukan. Dan saat kita mengakui dosa kitalah, kita akan merasakan dukacita Ilahi. Dukacita yang akan membuat kita merasa takut dan sedih akibat melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada Allah.
Pertobatan bukanlah sesuatu yang dapat kita lakukan sendiri tanpa adanya dorongan dari Roh Kudus; pertobatan merupakan karunia Allah. Mari kita berdoa meminta pimpinan Roh Kudus untuk menyadarkan kita selalu akan dosa yang kita lakukan.
Pertobatan berarti membenci dosa sedemikian rupa sehingga membuat kita berpaling darinya.
Sumber Gambar : Flickr