Ibadah Bagi Orang Percaya
Ibadah itu hampir sama seperti bernafas. Setelah seseorang menghirup udara, maka dia harus mengeluarkannya lagi, dan setelah dia mengeluarkan udara dia juga harus menghirupnya kembali. Tidak mungkin seseorang bernafas menghirup udara lalu tidak mau mengeluarkannya; orang itu pasti akan mati. Demikian juga sebaliknya, tidak mungkin orang mengeluarkan udara kemudian tidak mau menghirup udara lagi, dia juga pasti akan mati. Di mana saja, kapan saja, dan siapa saja, pasti harus bernafas. Mungkin suatu saat nanti kita berada di daerah yang berbau busuk sehingga kita harus menutup hidung, tetapi toh kita tetap harus bernafas.
Ibadah pun seperti orang yang bernafas itu. Di mana pun kita berada, kita harus senantiasa beribadah. Sering orang beranggapan, bahwa ibadah itu hanya kalau sedang mengadakan kebaktian atau persekutuan di gereja, atau kalau sedang saat teduh berdoa, bernyanyi dan mendengarkan firman Tuhan di rumah. Pokoknya semua kegiatan yang ada berdoa, bernyanyi memuji Tuhan, dan mendengarkan firman Tuhan itu namanya ibadah.
Anggapan atau pendapat semacam ini setengah benar, dalam arti bahwa betul kegiatan itu dinamakan ibadah; tetapi kegatan itu hanya merupakan bagian dari ibadah. Sebab, ibadah itu bukan hanya melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang dikemukakan tadi (berdoa, bernyanyi, dan sebagainya).
Ibadah yang sesungguhnya itu berlangsung terus selama kita hidup. Dengan kata lain, di mana pun kita berada dan kapan saja, hidup kita haruslah senantiasa merupakan ibadah kita kepada Tuhan. Dengan demikian, dalam ibadah kita ini berarti kita senantiasa harus tetap menjaga hubungan kita yang akrab dengan Tuhan. Dan hubungan dengan Tuhan itu harus nampak dalam hubungan kita dengan sesama kita.
Oleh karena itu, tidak mungkin dan tidak dapat orang berkata, bahwa saya telah menyediakan waktu 20 menit atau 30 menit dalam sehari untuk beribadah kepada Tuhan. Setiap orang harus memberikan seluruh waktunya untuk beribadah kepada Tuhan. Caranya yaitu, dengan mempraktekkan atau memberlakukan apa yang firman Allah telah katakan bahkan lakukan kepada kita. Bunda Theresa telah membuktikan hal tersebut. Dia mampu memberikan hidupnya kepada kaum marginal di India dengan mengajari anak-anak sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sungguh suatu aplikasi firman Allah yang patut kita contoh, mulai dari hal-hal kecil di sekitar kita, seperti mengasihi keluarga atau teman.
Allah melalui Yesus Kristus telah mengasihi kita, maka kita pun harus mengasihi Yesus. Dan kasih kita kepada-Nya harus nampak dalam kasih kita kepada sesama. Yesus senantiasa menolong kita dalam kesusahan, maka kita pun terpanggil untuk menolong sesama kita yang kesusahan. Jika kita rajin beribadah di gereja, tetapi setelah itu firman dan Roh Kudus tidak menguasai hidup kita, itu namanya kita telah menipu diri kita sendiri (Yakobus 1:22). Dengan demikian beribadah yang sungguh adalah mempersembahkan diri sepenuhnya kepada Allah.
Kalau kita sadar bahwa kita ini milik Allah, maka kita senantiasa akan menjaga kekudusan-Nya, sehingga seluruh hidup kita dapat menjadi persembahan yang berbau harum kepada Allah.