Duta Perdamaian
Menjadi duta perdamaian? Hemmm, rasanya sulit di masa sekarang. Ya, sulit untuk dilakukan. Ada begitu banyak kejadian-kejadian termasuk teror yang merusak perdamaian di lingkungan kita. Masih lekat dalam ingatan kita bom bunuh diri di bilangan Thamrin kemarin, maupun juga serangan teror di Prancis dan di daerah Timur Tengah. Dunia masa kini seakan-akan menjadi tempat yang mencekam dan menakutkan. Damai? Di manakah damai itu?
Duta Perdamaian: Berdamai dengan Allah
Untuk dapat menjadi duta perdamaian, tentu damai harus dimiliki terlebih dahulu. Damai terhadap diri sendiri, damai terhadap lingkungan sekitar, dan damai terhadap Sang Pencipta. Pada saat kita berdamai dengan Allah dan memiliki damai Allah di dalam hati kita, kita akan dapat membawa damai kepada sesama. Tetapi bagaimana cara kita berdamai dengan Allah?
Kejatuhan awal manusia dalam dosa mengakibatkan hubungan antara Tuhan dengan manusia menjadi terpisah. Terpisah di sini bukan berarti tidak saling mengenal atau berjauhan, melainkan saling berperang. Ketika kita hidup (berusaha hidup) tanpa Allah, maka sesungguhnya kita sedang berperang dengan Dia. Meskipun kita berusaha untuk hidup baik, dosa dan kesalahan terus membuat kita tidak dapat melakukannya. Oleh karena itu, kita membutuhkan perjanjian damai dengan Allah. Rekonsiliasi dibutuhkan karena hubungan manusia dengan Allah telah rusak. Untuk itulah Yesus Kristus lahir, menjembatani hubungan manusia yang telah rusak dan membawa pendamaian antara Allah dengan manusia.
“Sebab itu, kita yang dibenarkan oleh iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus.” (Roma 5:1).
Oleh iman akan Yesus Kristus, Dia yang mendamaikan kita dengan Allah. Dia membuat kita bersatu dengan Allah dan dapat merasakan kedamaian. Dengan berdamai dengan Allah, kita juga akan berdamai dengan diri sendiri dan juga orang lain. Kita memerlukan perdamaian dengan Allah sebelum kita dapat membawa damai kepada sesama. Menjadi duta perdamaian.
Duta Perdamaian: Sebuah Tugas
Sudah menjadi tugas kita untuk membagikan damai tersebut setelah kita didamaikan dengan Allah. Dengan membawa damai, kita juga melakukan pelayanan rekonsiliasi, sehingga damai yang kita miliki juga dapat turut dirasakan oleh orang lain. Ketika hubungan yang rusak dipulihkan, ketika seorang istri kembali hidup bersama dengan suaminya, ketika seorang anak yang kembali kepada orangtuanya, atau ketiika masyarakat di mana kita tinggal saling mendukung dan menghargai tanpa rasa iri dan dengki, itulah indahnya rekonsiliasi.
Kedatangan Yesus ke dunia melalui Natal mengingatkan kita betapa Ia rindu agar damai ada di dalam kehidupan kita. Ada di dalam dunia ini. Tidak ada lagi kebencian atau perang. Kedamaian seperti yang kita idam-idamkan. Mari, kita memperkenalkan Kristus kepada sesama melalui tindakan dan karya nyata kita, sehingga mereka juga dapat berdamai dengan Allah, untuk selanjutnya juga turut menjadi duta pembawa damai kepada sesama manusia. Menyebarkan damai di rumah kita, di lingkungan sekitar kita, di sekolah atau tempat bekerja, di kota tempat kita tinggal, Indonesia, bahkan dunia. Bukan hal yang sulit menjadi duta perdamaian, asalkan kita selalu memiliki sumber damai yang sejati di dalam Allah.
Sebagai penutup, saya mengutip sebuah ayat Alkitab yang dituliskan di dinding Markas Besar PBB New York.
ang He will judge between peoples, and will decide concerning strong nation afar off: and they shall beat their swords ito plowshares, and their spears into pruning-hooks; nation shall not lift up sword against nation, neither shall they learn war any more. Micah 4:3
Ia akan menjadi hakim antara banyak bangsa, dan akan menjadi wasit bagi suku-suku bangsa yang besar sampai ke tempat yang jauh; mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak, dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang. Mikha 4:3
Allah sendiri yang menginginkan umatnya agar tidak saling menyerang dan berkelahi. Perang tidak akan pernah menyelesaikan masalah, menang jadi arang kalah jadi abu. Jagalah perdamaian, di manapun, kapanpun, dan dengan alasan apapun.