Jamuan Makan dengan Kristus
Hal ‘jamuan makan’ bagi bangsa Israel merupakan suatu peristiwa yang amat meluas. Sebelum jamuan makan itu diselenggarakan, hal-hal seperti orang yang diundang dan penetapan macam makanan, menjadi persiapan yang cukup merepotkan. Juga harus diperhatikan secara cermat, bahwa undangan harus duduk dalam ‘kelompok’-nya masing-masing. Tak mungkin orang Farisi mau duduk dengan rakyat biasa. Hal-hal seperti ini bisa menyinggung perasaan yang bersangkutan. Jadi, dapat dimengerti betapa herannya murid-murid Yesus, ketika mereka ditugaskan untuk menjamu orang banyak itu. Meskipun dalam hal yang kita hadapi, soal biaya yang disoalkan.
Roti merupakan makanan utama orang Israel. Di pihak yang satu kita temui sekelompok manusia yang ‘lapar’ akan Firman. Lihat Yohanes 6:2 (perhatikan:”…orang banyak berbondong-bondong”, “datang dari semua kota”, untuk bertemu dan mendengarkan Yesus). Sedang di pihak lain seorang sahabat, penolong, dan Tuhan yang siap memberi Firman-Nya. Kita dapatkan pula murid-murid yang mengkhawatirkan kelompok manusia kelaparan (lapar akan roti) dan seorang sahabat, penolong, dan Tuhan yang memberi roti untuk menghilangkan lapar jasmani.
Yesus yang mempunyai Firman, mempunyai roti juga! Ia benar-benar Tuhan, penolong, yang memberi kepada dunia ini (jadi juga pada kita) apa yang kita butuhkan, baik rohani dan jasmani. Meskipun yang terakhir ini bukan yang terpenting, namun bukan berarti tidak dibutuhkan.
Suasana saat itu begitu cerah. Suatu pemandangan berbukit hijau di pantai dan permukaan air biru, memberi kesejukan. Pakaian yang berwarna-warni penuh dengan kehidupan dan kegembiraan membuat daerah pantai itu bagaikan lukisan yang indah. Dasar pemikirannya pun cerah: Sang Juruselamat siap memenuhi kebutuhan manusia dari sumber kekayaan-Nya, yaitu kasih! Jadi apa lagi yang perlu dikuatirkan?