Jangan Melihat ke Belakang
Masih dalam suasana tahun baru, saya harap kita semua masih dalam semangat dalam menjalani tahun ini. Semangat untuk melakukan rencana dan cita-cita atau resolusi untuk tahun 2015. Ada yang mau mulai bekerja, ada pula yang ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Ada juga yang ingin menikah atau mengembangkan usaha. Hampir 2 bulan kita menjalani tahun ini, dan besar harapan saya, seluruh resolusi dan keinginan yang kita utarakan di menjelang pergantian dapat kita lakukan.
Jangan Melihat ke Belakang
Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan atau kesalahan di masa lalu. Entah usaha yang merugi, nilai perkuliahan atau di sekolah yang jelek, kegagalan dalam wawancara pekerjaan, atau juga kegagalan dalam membina hubungan. Mungkin kita menyesal dengan kesalahan yang kita buat dan berharap bisa mengulang waktu. Kita berharap dapat kembali ke masa itu dan melakukan hal tersebut dengan lebih baik. Akan tetapi, untuk meraih kesuksesan, kita perlu belajar dari masa lalu dan menghargai pelajaran dari kegagalan di masa lalu. Mungkin kita memang harus lebih teliti dalam menjalankan usaha. Atau kita harus belajar lebih sungguh-sungguh dan mengerjakan beberapa soal latihan sebelum ujian. Juga kita menjadi sosok yang mau mendengar dan lebih rendah hati. Meratapi masa lalu tidak akan mengubah apapun. Berefleksi dan berusaha menjadi yang lebih baik–itulah yang harus kita lakukan.
Mulailah melangkah maju dan melakukan hal yang lebih baik, mengambil keputusan-keputusan dengan lebih bijak dengan belajar dari kegagalan sebelumnya. Seperti yang dikatakan oleh Paulus dalam Filipi 3:13-14, “Aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” Paulus (atau Saulus) pernah melakukan suatu kesalahan fatal di masa lalu, yaitu mengejar-ngejar bahkan membunuh para pengikut Kristus. Hingga akhirnya, pertemuannya dengan Yesus dalam perjalanan menuju Damsyik mengubahkan hidupnya. Ia menjadi salah seorang rasul yang rajin berkeliling, mengunjungi, dan menguatkan para jemaat mula-mula di masa itu. Bahkan surat-suratnya kepada jemaat kini dapat kita lihat di dalam Alkitab. Paulus mengajarkan kita untuk tidak melihat ke belakang terus (terjebak di masa lalu) sehingga akhirnya mengganggu perjalanan kita di masa kini, melainkan untuk berfokus pada masa sekarang dan yang akan datang.
Orang yang menang bukanlah orang yang tidak pernah jatuh tetapi orang yang selalu bangkit tiap kali jatuh. “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali” (Amsal 24:16). Masalah akan terus datang dan menghampiri namun apakah kita semakin kuat untuk menghadapi masalah tersebut? Saya sering menggunakan analogi hujan dan tubuh manusia untuk menyemangati teman-teman yang sedang mengalami masa-masa yang sulit. Saat kecil, saat kita kehujanan, kita dengan mudahnya dapat menjadi sakit. Namun seiring kita bertumbuh besar, tubuh kita semakin kuat. Kehujanan tidak langsung membuat kita demam atau pusing. Hujan dan masalah akan terus datang ke dalam kehidupan kita. Apakah kita telah semakin kuat?
Perkataan juga adalah cerminan pola pikir kita, mari di tahun baru ini kita belajar untuk menggunakan kata-kata yang membangun atau sering disebut proaktif.
“aku coba deh” menjadi “akan kukerjakan”
“aku memang begitu kok” menjadi “seharusnya aku lebih baik daripada itu”
“aku tidak bisa berbuat apa-apa” menjadi “yuk kita pelajari kemungkinan-kemungkinannya”
“aku terpaksa” menjadi “aku memilihnya”
“aku tidak bisa” menjadi “pasti ada jalan”
“kamu merusak hariku” menjadi “takkan kubiarkan suasana hatimu yang jelek itu menular kepadaku”