Janganlah Terlalu Saleh!
Janganlah terlalu saleh, janganlah perilakumu terlalu berhikmat; mengapa engkau akan membinasakan dirimu sendiri? (Pengkhotbah 7:16)
Apa Artinya Janganlah Terlalu Saleh?
Ayat ini harus ditafsirkan dengan mengingat Ams 3:7, “Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan.” Orang yang mengandalkan perbuatan baiknya sendiri untuk mendapat keselamatan dan orang yang menganggap dirinya bijak hanya akan membinasakan diri sendiri. Kita memerlukan kebenaran sejati dari Allah untuk memperbaharui hati kita dan hikmat yang benar dari Roh Kudus untuk memahami Firman Allah. Memperbaharui hati dan memahami Firman Allah adalah hal yang mutlak kita lakukan sepanjang hidup kita, apalagi saat kita sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Berupaya segala cara untuk menjadi orang yang saleh dan berhikmat dengan kekuatan sendiri tentu sudah jelas ujungnya: kelelahan dan kesia-siaan belaka saja. Menjadi orang yang saleh dan berhikmat harus didasari oleh dasar yang benar, bukan diri sendiri, melainkan Tuhan yang Empunya kesalehan dan hikmat tersebut. Dialah yang menjadi pokok utama dari hidup kita. Belajar terus dari Allah melalui Firman-Nya.
Beberapa orang yakin bahwa kehidupan hanyalah serangkaian masalah untuk diselesaikan. Semakin cepat mereka selesai dengan suatu masalah, semakin cepat mereka berbahagia. Tetapi sebenarnya, setelah Anda berhasil melalui suatu masalah, akan ada masalah lain untuk dihadapi. Hidup malahan menyenangkan dan begitu berwarna saat Anda bisa menghadapi masalah. Anda tidak bisa terlalu berpusat pada mencapai tujuan sehingga Anda tidak menikmati di mana Anda berada sekarang.
Perjalanan naik gunung adalah salah satu contohnya. Anda hanya berfokus pada tujuan akhir yaitu sampai di puncak gunung dan kemudian turun, atau menikmati setiap inci perjalanan? Melihat batuan tajam dan terjal sepanjang perjalanan, melihat vegetasi lumut dan tumbuhan perdu yang sungguh elok, melihat lereng dan kaki gunung dari ketinggian merupakan hal yang dapat kita nikmati sepanjang perjalanan. Kita belajar banyak hal di dalam proses, bukan belajar hanya pada hasil saja. Itu yang Allah inginkan, kita menikmati perjalanan ini…juga menikmati akhir perjalanan nanti. Kita tetap bersyukur saat menatap ke bawah: terima kasih Tuhan untuk penyertaanmu di sepanjang jalanan terjal ini. Kita bersyukur saat melihat pemandangan di sekitar kita yang indah, melihat matahari yang bersinar dengan cerahnya, atau kabut tebal yang menyergap. Kita juga bersyukur untuk perjalanan ke atas yang mungkin akan makin sulit dan makin payah.