Jembatan Merah Putih Ambon
Saya bersyukur berkesempatan untuk mengunjungi Ambon, ibukota Provinsi Maluku bulan lalu. Pengalaman baru mengunjungi tempat yang baru dan belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Pesawat saya berangkat lepas tengah malam dari Bandara Soekarno Hatta, dan tiba di Bandara Pattimura senin pagi itu. Cuaca cerah, dan tidak terasa perjalanan 5,5 jam (3,5 jam perjalanan ditambah 2 jam selisih waktu antara Jakarta dan Ambon) telah membawa saya sampai di kota yang juga disebut Ambon Manise. Serunya, setelah naik taksi atau mobil sewaan menuju ke hotel di pusat Kota Ambon, saya berkesempatan melihat kemegahan Jembatan Merah Putih Ambon,
Jembatan merah putih adalah jembatan terpanjang di Indonesia Timur. Sejak diresmikan oleh Presiden Jokowi pada 4 April 2016 kemarin, jembatan ini terus bersolek menjadi ikon kota Ambon. Keberadaan jembatan ini sangat berguna untuk memotong durasi perjalanan dari pusat Kota Ambon menuju ke Bandara Pattimura, Universitas Pattimura, dan juga kawasan Terminal BBM Wayame. Dahulu, kita harus menempuh perjalanan memutar sejauh hampir 35 kilometer dari Bandara Pattimura sampai ke Kota Ambon atau sebaliknya. Selain jauh, durasi perjalanan juga menjadi lama, hampir 60-70 menit. Itupun sudah dengan kecepatan tinggi 50-60 kilometer perjam, mengingat kondisi lalu lintas di Ambon masih sepi. Belum seperti di Jakarta atau kota-kota besar lainnya di Jawa. Masyarakat biasanya juga mengambil jalan naik kapal feri dariĀ Desa Rumah Tiga (Poka) dan Galala dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.
Kini, dengan keberadaan Jembatan Merah Putih, jarak dan durasi perjalanan jadi bisa dipangkas. Cukup 30 menit kita sudah bisa sampai ke Kota Ambon dari Bandara. Lalu lintas pun semakin lancar, dan masyarakat Ambon kini bisa memperoleh manfaat yang lebih. Semakin banyak wisatawan yang berkunjung, mengejar objek-objek wisata keren yang ada di Ambon. Ada Pantai Liang, Pantai Pintu Kota, Taman Victoria, dan beberapa tempat wisata lainnya.
Jembatan ini membentang sejauh 1.140 meter, menghubungkan Desa Rumah Tiga (Poka) di utara dan Galala di sisi selatan. Struktur jembatan dibuat dengan menggunakan kabel pancang serta struktur yang tahan gempa, mengingat Ambon sering dilanda gempa. Kini, jembatan itu telah gagah berdiri. Saat melintas di atas jembatan, kita bisa melihat panorama Teluk Ambon yang memikat serta Kota Ambon dari kejauhan selama beberapa menit, karena begitu panjangnya jembatan ini.
Saya sempat berpikir bahwa nama jembatan ini adalah berdasarkan Bendera Merah Putih, lambang bendera kesatuan Indonesia. Namun, ternyata ada makna lain yang lebih mendalam. Jembatan ini menjadi simbol pemersatu dan perdamaian kedua belah pihak yang sempat bertikai di tahun 1999-2002. Saat itu, masyarakat Kristen disebut sebagai “golongan merah”, sementara masyarakat Muslim disebut “golongan putih”. Jembatan Merah Putih, pemersatu dan ikon kebangkitan Ambon dan wilayah Indonesia Timur menuju kesejahteraan di masa mendatang.
Kiranya Tuhan yang akan selalu menjaga kedamaian Ambon, danĀ juga kedamaian Indonesia. Jayalah Indonesiaku! Aman dan damai selalu di negeriku.