Kasih Karunia di Mata Tuhan
Sejak kecil saya amat terkagum-kagum akan kisah Nuh. Nuh, adalah sosok penting di dalam alur penciptaan hingga masa kini. Ia dan keluarganya adalah saksi akan kedashyatan air bah yang mampu membinasakan semua makhluk yang ada di bumi saat itu. Membayangkan diri Nuh yang membuat kapal untuk seluruh hewan di dunia–bahkan dinosaurus–sungguh sebuah tindakan heroik pada jaman itu. Belum lagi adanya ejekan dari orang-orang di sekitarnya bahkan cara membuat kepal yang belum pernah Nuh ketahui.
Saya akhirnya mengetahui apa sesungguhnya yang membuat saya begitu kagum dengan Nuh. Ia beroleh kasih karunia di mata Tuhan (lihat Kejadian 6:8). Di tengah-tengah kehidupan manusia yang jahat pada zamannya, Nuh justru mampu mempertahankan kesucian hidupnya, dan bahkan Alkitab menyaksikan bahwa Ia hidup bergaul dengan Allah.
Kelihatannya pemilihannya Allah terhadap Nuh ini didasarkan pada kemampuannya untuk menjaga kesucian hidupnya. Namun sesungguhnya, kasih karunia Allah bagi manusia tidaklah bergantung pada kemampuan, kekuatan, atau apapun yang dimiliki oleh manusia itu. Kasih karunia yang diberikan-Nya bagi kita adalah berdasarkan kedaulatan-Nya. Allah memilih kita ketika kita masih menjadi manusia berdosa, sama seperti Nuh. Allah memilih Nuh di tengah-tengah manusia yang semakin jahat, berdosa, dan melupakan Tuhan. Kasih karunia itul yang memampukan Nuh untuk akhirnya tetap taat, menjada kesucian hidupnya, dan hidup bergaul dengan Allah.
Nuh tidak menyia-nyiakan kasih karunia Allah di dalam hidupnya. Ia tetap taat melakukan seluruh perintah yang Allah berikan. Inilah yang seharusnya menjadi ciri khas dari setiap orang percaya. Orang percaya yang telah beroleh kasih karunia di mata Allah harus mampu berbuat layaknya Nuh. Ketaatan Nuh yang membuat satu generasi manusia dan hewan selamat, begitu pula dengan ketaatan kita kini. Ia tetap taat meskipun dicemooh bahkan dikatakan orang gila ketika membuat bahtera di atas gunung. Ia tetap mengandalkan Tuhan dalam pembuatan bahtera selama 120 tahun–sebuah kurun waktu yang amat lama. Namun, semuanya itu beroleh balasan yang setimpal. Janji Tuhan kepada dunia dinyatakan Allah kepada Nuh melalui kumpulan warna-warna pelangi. Ia menjadi saksi karunia Allah bagi dunia ini.
Sumber gambar : BlogSpot