Kesaksian Para Sahabat
Penulis David Halberstam, seorang pemenang Pulitzer Prize (anugerah tertinggi dalam dunia sastra), tewas dalam kecelakaan lalu lintas 5 bulan sebelum penerbitan bukunya yang paling penting mengenai masa perang Amerika Serikat di Korea. Berhari-hari setelah kematian si penulis, sesama teman penulis dan rekan kerjanya secara sukarela mengadakan sebuah tur buku ke seluruh negeri untuk menghormatinya. Dalam tiap kunjungan, mereka memberikan penghargaan pada Halberstam dengan membaca dari buku barunya dan menceritakan kenangan pribadi mereka tentang sahabat mereka ini.
Kesaksian Para Sahabat di Upacara Pemakaman
Di Jepang beberapa hari yang lalu, hal yang sama juga terjadi. Tapi bukan seorang penulis, melainkan sanak keluarga Kaisar Akihito, Kaisar Jepang saat ini. Pada saat upacara pemakamannya, banyak kerabat termasuk Kaisar Akihito datang melayatnya. Saat upacara pemakamannya, ada acara tersendiri saat keluarga, kerabat, atau sahabat menceritakan singkat kenangan tentang orang tersebut. Beberapa orang yang bercerita sekaligus mendengar ceritanya tampak mengangguk-angguk, mengingat kembali usaha dan kerja keras yang telah dilakukan sahabatnya yang kini telah pergi. Bahkan beberapa ada yang sampai meneteskan air mata. Saya juga menyaksikan kejadian serupa dalam upacara pemakaman adat suku Batak.
Tidak ada orang yang dapat menyampaikan dengan baik arti dan pentingnya seorang pribadi daripada sahabatnya sendiri. Setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus, para pengikut-pengikut-Nya mulai menceritakan kepada orang banyak mengenai satu Pribadi yang unik yang telah mereka kenal. “Dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup yang kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.” (1 Yohanes 1:2) Tujuan mereka adalah agar orang lain boleh datang dan mengenal Allah Bapa dan Kristus Anak-Nya (1 Yohanes 1:3).
Kadang kita mungkin sering berpikir bahwa menyaksikan iman kita dalam Yesus Kristus kepada orang lain adalah tugas yang menakutkan atau suatu kewajiban yang memberatkan. Namun, sama seperti cerita di atas, kita sebetulnya tidak bisa menahan diri untuk tidak menceritakan tentang sahabat sejati kita, Yesus Kristus. Betapa banyaknya kesaksian, mujizat, kasih Tuhan yang telah kita alami dalam hidup, dan ingin kita ceritakan kepada teman atau sahabat yang lainnya. Injil dan kabar baik mengenai Yesus Kristus selalu paling efektif disampaikan melalui kesaksian para sahabat-sahabat-Nya. Jadi, jangan pernah takut atau menunda untuk bersaksi tentang Yesus Kristus, sahabat yang telah mengasihi kita.
Sumber Gambar : BlogSpot