Ketika Tuhan Tidak Mengabulkan Doa
Respon Kita Ketika Tuhan Tidak Mengabulkan Doa
Sering kita berdoa kepada Tuhan, meminta segala sesuatu yang kita mau. Tuhan memberikan segala sesuatu yang kita butuhkan bukan yang kita mau. Dalam Yesaya 29 : 11, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu. Demikianlah Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadaMu hari depan yang penuh harapan.”
Nah, jadi dalam penantian jawaban doa diperlukan penyerahan diri total kepada Tuhan. Ini adalah bagian kita. Ketika kita seratus persen menyerahkan diri kepada Tuhan, saya yakin, apapun jawaban doa yang Tuhan berikan, kita akan senantiasa mensyukurinya: baik ya, tidak, atau nanti.
“Tuhan, saya ingin sekali menjadi dokter. Saya akan belajar dengan sungguh-sungguh. Tetapi bukan kehendak saya yang jadi, melainkan kehendak-Mu lah yang jadi.”
Saya jadi mengingat mengenai salah satu kisah jawaban “tidak” Tuhan atas doa saya. Itu adalah masa-masa menentukan universitas dan jurusan. Keinginan menjadi dokter semenjak kecil hingga kelas tiga SMA membuat saya mantap mengejar mimpi menjadi dokter dan menempuh pendidikan dokter di Universitas Indonesia. Nilai-nilai ujian try-out di tempat les saat itu juga sudah melampaui target nilai prediksi masuk ke FK-UI. Namun, semuanya berubah, ketika pada pertengahan Desember 2009, mama menyuruh saya [dan adik saya] sama-sama berdoa apakah benar-benar menjadi dokter adalah yang Tuhan inginkan. Hal ini didasari oleh kebutuhan pendidikan dokter yang amat besar, yang mungkin tidak dapat tercukupi sepenuhnya. Apalagi, papa dan mama saya akan memasuki masa pensiun di tahun 2014.
“Tidak, Daniel,” jawab Tuhan kembali. “Bukan di Kedokteran, tetapi di Teknik Elektro.”
Akhirnya, menjelang waktu pendaftaran ujian-ujian masuk universitas, saya dan adik saya mantap menuliskan Teknik Elektro sebagai jurusan kami, baik itu di UI dan ITB. Singkat cerita, segala persiapan dan ujian kami telah lalui, dan akhirnya Tuhan menjawab doa-doa kami. Jurusan Teknik Elektro baik di UI dan ITB telah kami peroleh. Akhirnya, saya memilih untuk berkuliah di ITB, begitu pula dengan adik saya yang akhirnya memperoleh beasiswa untuk menempuh pendidikan di Jepang.
Waktu-waktu sepanjang tiga tahun lebih perkuliahan di Teknik Elektro ITB ini ternyata sungguh luar biasa. Lebih daripada yang saya bayangkan dahulu. Saya dapat berkuliah, melayani di PMK OH, terlibat dalam pelayanan siswa, sekaligus mengembangkan kemampuan saya dalam menulis dan mendesain. Kesempatan bercerita dengan teman lama saya yang kini menempuh pendidikan dokter di Universitas Indonesia membuat saya teringat kembali akan jawaban “tidak” Tuhan atas doa saya tiga tahun lebih yang lalu. Dia berkisah bahwa kesibukan kuliah sebagai calon dokter banyak menyita waktunya. Ia tidak dapat lagi melayani sebagaimana mimpinya dahulu. Bahkan, teman saya ini bertutur bahwa dalam mengikuti perkuliahan menjadi dokter ini, dia sering kesulitan membagi waktu dan belajar padahal bagi saya, dia adalah orang yang cerdas.
Belajar Taat Ketika Tuhan Tidak Mengabulkan Doa
Jawaban “tidak” Tuhan atas doa saya ternyata berdampak begitu besar. Dan setelah merenungkan kembali, saya tersadar sudah begitu banyak jawaban “tidak” Tuhan atas doa-doa saya. Mulai dari keinginan mainan di masa kecil, dan beragam keinginan lainnya. Namun, semuanya itu tak mengapa, begitu saya mendapati bahwa itulah yang terbaik bagi saya. Jawaban “tidak” itu yang banyak mengarahkan saya ke arah lain yang tidak saya inginkan. Ke arah yang terbaik di mana tidak ada penyesalan sama sekali, bahkan hanya ada ucapan syukur. Saya menyadari bahwa dampak jawaban “tidak” ternyata jauh lebih besar dibandingkan doa-doa yang dikabulkan oleh Tuhan.
Saya bersyukur bahwa Allah bekerja di dalam doa-doa yang saya sampaikan. Karena Tuhan berkuasa Ia sanggup mengabulkan doa kita. karena Ia berkuasa Ia juga berhak tidak mengabulkan doa kita. Sungguh suatu sukacita besar ketika menyadari bahwa doa-doa yang tidak dikabulkan Tuhan ternyata mengarahkan kita kepada janji-Nya yang jauh lebih besar. Yang lebih indah dan mulia.
Bapa Sorgawi ajarku mengenal
Betapa dalamnya kasih-Mu
Bapa Sorgawi buatku mengerti
Betapa kasih-Mu padaku
Semua yang terjadi di dalam hidupku
Ajarku menyadari Kau s’lalu sertaku
B’ri hatiku s’lalu bersyukur pada-Mu
Kar’na rencana-Mu indah bagiku
Mungkin sering dalam hidup ini kita mempertanyakan kuasa Tuhan dalam menjawab doa kita. Atau mungkin dalam menanti jawaban doa kita sering tidak sabar menanti waktunya Tuhan. Dan kita kecewa dan marah ketika Tuhan tidak mengabulkan doa kita. Saya banyak belajar dari Paulus. Paulus berserah dan mengucap syukur atas jawaban doanya, meski itu tidak dikabulkan. Maukah hari ini seperti Paulus?
Thanks to: Johannes Leonardo
Sumber gambar : blogspot
Recommended for you
Baca Halaman Selanjutnya 1 2