Korma: Hidup yang Terus Berbuah
Siapa yang tidak mengenal buah korma? Buah berwarna coklat ini memiliki ukuran 2-3 sentimeter dan memiliki kandungan air dan gula baik bagi kesehatan, rasanya pun manis. Buah korma dihasilkan dari pohon korma yang hidup hanya di gurun pasir. Gurun pasir? Seriusan? Ya, benar, gurun pasir yang miskin air dan sumber mineral. Cuaca panas dan sinar matahari yang menyengat adalah hal yang begitu identik dengan gurun pasir. Hanya sedikit makhluk hidup yang dapat bertahan di sana, salah satunya adalah pohon korma ini.
Keistimewaan pohon korma ini terletak pada akarnya yang menerobos lapisan pasir gurun setebal belasan atau puluhan meter. Akar itu harus cukup dalam tertanam untuk dapat menggapai air dan mineral yang ada di bawah tanah. Akar yang kokoh juga diperlukan untuk dapat bertahan hidup di tengah-tengah badai gurun yang besar. Kisah lengkap mengenai pohon korma ini pernah saya tuliskan dalam tulisan Kristen Pohon Korma.
Hidup yang Terus Berbuah
Keunikan pohon korma ada pada kemampuannya untuk terus berbuah. Bahkan semakin tua, buahnya semakin manis dan makin sedap untuk disantap. Jika diteliti, hal ini dapat terjadi karena semakin hari akar pohon korma makin dalam menembus ke tanah, sehingga nutrisi yang diperlukan semakin mudah diperoleh. Pohon lainnya seperti pohon pisang hanya mampu menghasilkan buah sekali selama hidupnya. Ia harus ditebang dan diganti dengan tunas yang baru setiap kali menghasilkan buah. Juga pohon sawit yang hanya berbuah lima hingga delapan kali saja. Meskipun dapat berbuah sepanjang hidupnya, kualitas dan jumlah buah sawit akan menurun secara signifikan setelah tahun kelima. Pohon sawit harus diganti pohon yang baru. Usut punya usut, inilah yang memicu kebakaran lahan di Indonesia.
Pemazmur menyebut pohon korma ini di dalam Mazmurnya, “Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya” (Mazmur 92:13-16). Orang benar layaknya pohon korma yang terus berbuah seiring berjalannya waktu. Tantangan dan pergumulan hidup yang terus datang tidak menghalangi kita untuk terus berbuah atau malah membuat buah kita berkurang.
Kini, kita banyak mendengar kisah orang-orang percaya yang begitu berapi-api untuk Tuhan di masa muda namun menjadi kendor ketika mulai sibuk dalam pekerjaan dan berkeluarga. Tidak sedikit juga kisah orang-orang yang berubah setia dan meninggalkan Tuhan karena tidak kuat menghadapi tekanan dan pergumulan hidup. Ada juga yang menyalahkan Tuhan ketika dukacita atau kesulitan ekonomi datang. Bahkan, ada yang rela meninggalkan iman dan Tuhan Yesus karena pacarnya atau karena jabatan yang ia lama idam-idamkan.
Mazmur ini mengingatkan kita untuk menjadi layaknya pohon korma yang terus berbuah sepanjang kehidupan kita. Menghasilkan buah yang semakin manis dan makin sedap disantap. Buah-buah roh yang menyegarkan dan berguna bagi orang lain. Bukan hanya sekali berbuah kemudian mati. Atau hanya beberapa kali berbuah namun semakin lama makin menurun kualitas dan kuantitasnya. Buah-buah kasih, sukacita, damai sejahtera, kebaikan, kesabaran, kelemahlembutan, kesetiaan, dan penguasaan diri yang menjadi kesaksian kita bagi generasi penerus bahwa Tuhan itu baik dan benar. Bahwa Tuhan itu adalah gunung batu dan tempat perlindungan. Bahwa Tuhan itu baik dari dulu, sekarang, hingga selama-lamanya. Mari menjadi seperti pohon korma yang terus berbuah sepanjang kehidupan kita. Terus berbuah semakin manis dan semakin manis lagi.