Kristen Pohon Korma
Siapa yang tidak mengenal buah korma? Buah manis yang berasal dari tanah Arab dan kerap kita temukan di bulan-bulan Ramadhan. Buah berwarna coklat ini memiliki ukuran 2-3 sentimeter dan memiliki kandungan air dan gula baik bagi kesehatan. Beberapa tahun ini, buah ini semakin sering menghiasi supermarket dan pasar hampir sepanjang tahun. Nah, ada yang istimewa loh dari buah ini, apa hayo?
Buah korma dihasilkan dari pohon korma yang hidup hanya di gurun pasir. Gurun pasir? Seriusan? Ya, benar, gurun pasir yang miskin air dan sumber mineral. Cuaca panas dan sinar matahari yang menyengat adalah hal yang begitu identik dengan gurun pasir. Hanya sedikit makhluk hidup yang dapat bertahan di sana, salah satunya adalah pohon korma ini.
Lantas, apa yang sebenarnya istimewa dari pohon korma ini? Trus, hubungannya dengan kekristenan apa? Ijinkan saya melanjutkan kisahnya.
Kristen Pohon Korma
Biji korma adalah awal dari kehidupan pohon korma, dan seperti biji-biji pohon lainnya, biji ini harus ditaruh di media tanam agar dapat tumbuh. Biji korma yang kecil ditaruh di pasir, ya iyalah kan pohon ini cuma tumbuh di padang pasir, hehe. Nah, supaya biji ini tidak terbawa oleh angin, orang-orang biasanya meletakkan sebuah batu ukuran besar di atas biji ini. Lho kok ditaruh batu di atasnya? Nanti gak bisa tumbuh dong?
Nah, kunci kemampuan bertahan pohon korma di keadaan ekstrem dimulai dari sejak ia masih biji. Pohon korma kan hidup di padang pasir, dan airnya sedikit. Jadi akarnya harus besar untuk mencari air di dalam tanah. Saat biji atau benih tersebut mulai berkecambah, ia terhalangi oleh batu yang menyebabkan biji ini tidak dapat langsung bertunas dan tumbuh menjadi pohon. Biji ini tidak bersungut-sungut atau marah. Sebaliknya, akar pohon ini akan bertumbuh pesat menembus jauh ke dalam tanah, melebih ukuran lazim akar serabut. Ukuran akarnya jadi besar, menempus lapisan tanah yang dalam, dan menyebar untuk lingkup daerah yang luas. Akar ini yang memampukan pohon korma memperoleh air dan zat makanan dalam pasir yang sangat minim.
Ketika akar ini sudah kuat, si pohon kurma ini punya suatu kekuatan yang cukup untuk mendesak batu yang menimpanya. Ia dapat tumbuh ke atas dengan dasar yang kuat untuk kehidupannya kelak. Dan kita dapat melihat, pohon kurma tumbuh menjadi pohon yang tahan pada cuaca kering dan panas sekali pun. Semuanya karena apa? Itu semua karena akarnya.
Dan pada saatnya pohon korma akan tumbuh, mempunyai banyak cabang dan ranting, hingga akhirnya dia berbuah. Buah manis yang berguna bagi banyak pelancong di padang pasir. Buah manis yang bahkan ada di rumah kita sekarang ini.
Kehidupan kristen sebenarnya adalah kehidupan layaknya pohon korma. Selalu saja ada batu yang menghalangi kemajuan atau perkembangan kita. Saya percaya ini adalah rencana Allah supaya Anda dan saya tidak mudah tertiup angin kehidupan ini. Batu ini bisa berupa masalah, orang-orang lain, atau apa pun. Namun, layaknya pohon korma, kita jangan malah bersungut-sungut dan marah. Kita jangan langsung melawan ke atas. Mencoba sendiri untuk menyingkirkan batu-batu penghalang itu.
Ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan kepada kita untuk semakin berakar kepada-Nya. Istilah kerennya, bergantung pada-Nya. Kita perkuat akar kita dengan pengenalan yang benar akan hati-Nya Tuhan. Akan apa yang Tuhan ingin kita lakukan dalam hidup ini. Ijinkan waktu terus bergerak menguji dan mempersiapkan kita. Sampai saatnya kita siap, kita dapat tampil sebagai juara mengalahkan masalah atau orang-orang lain. Kita dapat menyingkirkan batu-batu penghalang itu.
Ayo, tadi kan aku bilang untuk semakin berakar kepada Tuhan. Caranya seperti apa sih? Ya dengan memiliki hubungan pribadi yang dekat dengan Tuhan, dengan mau bersekutu dan mendalami Firman Tuhan, dan masih banyak lainnya. Kita semakin “menunduk” mencari ilmu dan kebenaran sambil dan memperkaya diri. Ini jelas perlu waktu—dan gak ada yang instan. Bagian kita ya hanya melakukan yang terbaik sebagai seorang pelajar, pekerja, orang tua, anak, pelayan Tuhan, atau apa pun itu—dan biarkan Tuhan yang menyempurnakan pekerjaan kita.
Mungkin kelihatannya kita menjadi kristen yang pasif atau “ah lo harusnya bergerak dong!” “Tunjukkin dong buah lo ke semua orang!” Tetapi aku yakin, Tuhan punya waktunya sendiri. Tetap miliki akar yang kuat kepada Tuhan. Miliki kebenaran yang seutuhnya. Hingga pada saatnya nanti, kamu akan punya kesempatan untuk menyingkirkan batu itu. Tumbuh dan menjadi pohon yang kuat—dan menghasilkan buah yang memberkati banyak orang.
Pohon kurma itu sebenarnya tengah menunjukkan kepada kita semua akan dua hal yang amat penting: berakar kuat dan ketekunan. Berakar kuat berarti memiliki dasar yang kuat yang mampu menyediakan air dan sumber makanan. Berakar kuat juga berarti tidak mudah goyah karena angin. Berakar kuat juga berarti: saya yakin bahwa Yesuslah satu-satunya dasar dalam kehidupan saya—tidak ada yang lain.
Tekun menurut KBBI artinya rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh. Tidak ada satu pun implikasi yang buruk dari ketekunan. Tekun membuat mata kita tetap memandang ke depan walaupun badan tersungkur ditimpa oleh beban berat. Tekun membuat kaki kita tetap melangkah maju walaupun ada beban berat yang harus ditarik. Tekun membuat kita selalu berupaya yang terbaik meskipun daya kita tidak mampu lagi melakukannya.
Ke depannya, kegiatan kita akan terus bertambah, ada kegiatan unit, himpunan, acara dan seminar, magang, laporan dan jurnal praktikum, atau apapun. Sesibuk apa pun kita ke depannya dengan berbagai kegiatan, tetaplah tekun belajar! Tekun beribadah! Tekun melayani! Dan terakhir, tekun di dalam Tuhan!