Mahasiswa Berintegritas
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu-ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:”
“jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.”
“jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.”
Efesus 6:1-2,6-7
Melalui tema Jumatan kita minggu ini, kita kembali diajak untuk menjadi mahasiswa berintegritas, khususnya di dalam rumah (dalam hal ini keluarga) sekaligus di luar rumah (lingkungan). Di dalam keluarga, dapat terlihat melalui ayat 1 dan ayat 2, sedang di lingkungan sekitar, melalui ayat 6 dan ayat 7.
Menaati atau menghormati orang tua adalah salah satu dari Sepuluh Perintah Allah, lebih tepatnya perintah kelima. Adalah sesuatu yang menarik, bahwa perintah untuk menghormati orangtua adalah perintah pertama yang muncul sebagai perintah yang mengatur hubungan horisontal, manusia dengan manusia. Keempat perintah sebelumnya jelas mengatur soal hubungan vertikal, yaitu Allah dengan manusia. Artinya, Allah sendiri menggangap bahwa hubungan di dalam keluarga amat penting. Saling menghormati antar anggota keluarga, tidak terbatas hanya kepada orangtua. Dalam hal ini, keluarga jelas memegang peranan penting, jika di dalam keluarga seseorang sudah saling menghormati, saat berada di lingkungan, dia pun akan menghormati orang lain. Mustahil rasanya, seseorang dapat berintegritas di lingkungannya, jika ia tidak berintegritas di dalam keluarganya.
Berhubungan dengan orang lain tidak selamanya menyenangkan dan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Ada orang yang membuat kita menjadi kesal atau marah. Ada orang yang meremehkan kita, bahkan memusuhi kita. Sebagai mahasiswa berintegritas, keharusan kita untuk tetap menghormati orang lain meskipun itu dirasa amat sulit. Itulah yang membuat kita berbeda dengan dunia ini. Di sisi lain, berintegritas juga berarti kita mampu melaksanakan pekerjaan atau kewajiban kita sebaik mungkin, bukan untuk dilihat dan menyenangkan orang lain, namun semata-mata sebagai bentuk pelayanan kita kepada Tuhan.
Menjadi berintegritas berarti kita memiliki sikap sama di manapun dan kapanpun, bahasa mudahnya konsisten. Konsisten berarti kita tidak memakai topeng, menjadi baik hanya pada waktu atau tempat tertentu dengan pelbagai tujuan. Konsisten memerlukan komitmen yang amat kuat. Komitmen sangat mendukung kehidupan kristiani yang berintegritas. Hidup berintegritas tidak hanya dapat mengandalkan niat baik atau keinginan saja, namun komitmen akan membuatnya menjadi sempurna. Menjadi berintegritas itu susah-susah gampang. Memang susah untuk dilakukan, namun Yesus memampukan kita untuk melakukan hal yang susah itu melalui komitmen. Tinggal kita saja, apakah kita mau diajak untuk melakukan kehendak Allah di manapun dan kapan pun kita berada.
Yang namanya iman,
Yang namanya cinta kepada Tuhan,
Yang namanya kedekatan kita kepada Tuhan,
Yang namanya menjadi mahasiswa berintegritas,
Hanya dapat diukur berdasarkan sejauh mana kesanggupan kita dalam mengasihi dan peduli dengan orang lain. Dan itu dimulai dari dalam keluarga, lalu ke lingkungan sekitar.
Penulis dan seluruh Divisi Intermedia mengucapkan turut berduka cita atas musibah gempa Melawai dan letusan Merapi. Semoga momen Sumpah Pemuda dan bencana ini tidak menjadikan kita lemah, melainkan menjadi pacuan bagi bangsa ini berbuat lebih baik lagi.
Renungan ini menjadi Artikel Utama Warta Jumatan PMK-ITB tanggal 29 Oktober 2010, dengan judul “As Home As Outside”