Mau diperhatikan? Mari memperhatikan!
Beberapa hari ini saya berada di Desa Toyapakeh, Nusa Penida, Bali untuk melanjutkan proyek pembangkit listrik tenaga arus laut. Senang rasanya dapat kembali ke desa dengan pantai yang indah ini. Senang juga dapat kembali menikmati indahnya matahari terbenam setiap sorenya. Dan yang paling tidak terlupakan adalah kebersamaan dengan keluarga Bapak Mahmudin. Setiap hari dipenuhi dengan canda tawa yang menyenangkan. Badan boleh lelah namun ketika hati senang, rasa lelah itu seperti menguap. Itulah indahnya kebersamaan.
Nah, kesempatan ke Nusa Penida kali ini mengajarkan saya mengenai satu hal. Hal yang tidak baru sebenarnya. Namun, saya pikir ini sangatlah baik untuk dibagikan. Dan seperti manfaat yang saya rasakan, semoga banyak orang yang juga diberkati melalui gagasan saya kali ini.
Berupaya segala cara untuk diperhatikan hanya akan membuatmu lelah. Belajarlah memperhatikan orang lain.
Berada jauh dari kehidupan perkuliahan saya di Bandung sempat membuat saya berpikir dapat fokus pada proyek di Bali. Namun, beberapa masalah dan kepentingan di Bandung membuat saya harus membagi fokus saya, ya setidaknya untuk berdoa dan memikirkan solusi atas masalah tersebut.
Selama hampir seminggu ini saya merasakan bahwa kehidupan ini bukanlah milik saya. Dan Tuhan mengajarkan saya bagaimana saya memperhatikan orang lain. Ketika kita belajar untuk memperhatikan orang lain, selalu akan ada kebahagiaan yang datang. Ada sukacita yang saya rasakan ketika saya memberikan sebagian dari waktu saya untuk menunjukkan kasih kepada orang-orang tersebut. Mungkin melalui pesan singkat atau melalui doa-doa yang saya panjatkan.
Akan sangat melelahkan ketika kita melakukan ini dan itu untuk memperoleh perhatian orang lain. Ada begitu banyak orang yang berlaku layaknya anak kecil yang melempar mainannya atau menangis ketika ia tidak diperhatikan. Mereka akan lelah saat menyadari semuanya sia-sia. Orang-orang akan tetap pada kesibukannya sendiri.
Belajar memperhatikan orang lain memberikan kekuatan kepada diri saya. Ketika saya memberikan perhatian kepada orang lain, saya mendapatkan perhatian dengan sendirinya. Menyadari betapa kecilnya masalah dan pergumulan saya dibandingkan dengan orang lain membuat saya dapat terus bersyukur. Bersyukur akan besarnya kasih dan setia Tuhan yang tercurah di dalam kehidupan saya.