Memberi atau Memancing?
Memberi baik untuk hatimu. |
Tulus hati merupakan nilai batin yang penting, tetapi sangat sulit dijumpai. Masalahnya, kita biasa memiliki harapan dibalik segala pemberian dan tindakan baik. Ketika kita melakukan kebaikan, kita sering kali diam-diam bermaksud membuat orang lain yang kita tolong merasa berutang budi pada kita. Hal ini tak ubahnya seperti memancing-ada sesuatu yang kita harapkan sebagai imbalan dari orang yang kita tolong; bahkan dari Tuhan. Namun, ini tentu saja tidak benar.
Meski begitu, orang Kristen sering kali punya motif tersembunyi. Kita menjadi orang yang penuh perhitungan dengan perbuatan baik kita. Semua ada hitungan bisnisnya. Lebih lagi Firman Tuhan mengatakan, “Orang yang menabur sedikit akan menuai sedikit juga dan orang yang menabur banyak akan menuai banyak juga.” Benarkah pemahaman kita ini?
Sebenarnya walau orang akan diberkati sesuai dengan apa yang ditaburnya, itu tidak berarti kita boleh “berhitung-hitung” dengan Tuhan. Memberi adalah tindakan kasih yang semestinya muncul dengan segenap ketulusan, tanpa embel-embel apapun. Itulah sebabnya Paulus menulis dalam 2 Korintus 9:7-8, “Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segal sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.”
Mari memeriksa rekam jejak kita sendiri. Sudahkah hati kita jauh dari pamrih ketika kita mengasihi dan memberi?
Semakin dalam seseorang mengenal kasih Tuhan, ia akan semakin merasa berutang kasih kepada Tuhan.