Mendapat Kekuatan Baru
Tetapi orang-orang yang menantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. (Yesaya 40:31).
Dalam Bahasa Ibrani (Bahasa asli Perjanjian Lama), kata-kata “mendapat…baru” berarti “menggantikan, menukarkan, memperbarui, dan menumbuhkan.” Namun, penantian yang memperbarui kekuatan itu bersifat aktif, bukan pasif. Hal itu berarti kita secara sadar mengganti usaha manusiawi dengan kekuatan ilahi. Kita tidak diminta untuk mencari dan mengandalkan kekuatan yang bersumber dari diri kita sendiri. Sebaliknya kita harus meminta Allah untuk memberi kita kuasa-Nya dan menjadikan-Nya sebagai sumber kekuatan kita.
Dunia ini boleh membawa kita untuk bekerja dengan cepat dan tepat mengingat ketatnya persaingan saat ini. Namun, kita menjadi orang yang malang jika kita tidak lagi mau menantikan Tuhan guna mendapatkan kekuatan baru dari-Nya. Persaingan dalam pendidikan, pekerjaan, karir, pelayanan, dan hubungan; tidak dapat menjadi alasan bagi kita untuk tidak meluangkan waktu untuk Tuhan. Ingatlah bahwa kita adalah manusia ilahi yang butuh kekuatan dari Tuhan. Tuhanlah yang menjadi sumber kekuatan kita. Kekuatan yang Tuhan berikanlah yang mampu membawa kita tetap tenang dan menang atas segalanya.
Menanti-nantikan Tuhan berarti bahwa kita terus berharap kepada Tuhan, mengarahkan mata hati kita kepada Tuhan, berdoa kepada Tuhan, membaca dan merenungkan Firman Tuhan, taat kepada perintah-perintahNya dan tetap memegang teguh iman pengharapan kita kepada Kristus.
Dengan menjaga persekutuan kita dengan Tuhan, kita akan berada dalam kondisi yang senantiasa menanti-nantikan Tuhan. Masalah yang ada tidak boleh menghalangi kita untuk tetap datang beribadah kepadaNya. Kita harus tetap mengiring Yesus apapun yang sedang terjadi.
Ketika kita melepaskan pengharapan kita kepada Yesus, maka kita akan semakin kehilangan kekuatan untuk dapat berjalan maju. Kekuatan fisik dan pikiran yang kita miliki tidaklah cukup untuk menghadapi semua beban, karena kita memiliki batas dalam kemampuan kita.
Rajawali tahu bahwa dia tidak perlu susah payah mengepakkan sayapnya terus-menerus. Dia hanya akan membuang-buang energinya ketika dia mengepakkan sayapnya terus-menerus. Tetapi dia menggunakan teknik melayang (gliding) dan naik (soaring) dengan memanfaatkan udara thermal.
Sumber Gambar : BlogSpot