Mengapa Bukan Siapa
Ketika sesuatu berjalan tidak seperti yang diharapkan, semuanya menjadi salah, atau semuanya gagal tidak terwujud, kecenderungan manusia adalah mencari seseorang yang bisa disalahkan. Menunjuk dan mempersalahkan orang lain sepertinya sudah melekat dalam kehidupan kita, bahkan sampai ada kata “kambing hitam”. Sebetulnya hal ini sudah menjadi natur manusia, bahkan sejak dari Taman Eden.
Mari membaca kitab Kejadian 3 khususnya ayat 9 sampai 14. Ketika dosa itu terjadi, Adam yang ditanya oleh Tuhan menyalahkan Hawa. “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.” Begitulah cara Adam membela dirinya dengan menyalahkan Hawa. Kemudian Hawa menyalahkan ular saat ditanya Allah.
Mengapa Bukan Siapa
Tidak hanya disitu saja, apabila seseorang gagal menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan, apa yang biasanya dilakukan? Secara refleks ia akan menudingkan jarinya ke orang lain, atau kepada sesuatu yang di luar dirinya sendiri.
Bersikap jujur dan merendahkan diri selalu membawa dampak yang baik, juga untuk diri sendiri. Mungkin pada awalnya kita merasa sedih atau kecewa, namun dengan begitu kita akan berkembang menuju kedewasaan. Sebaliknya dengan melimpahkan kesalahan kepada orang lain, diri kita malah akan mundur dan tidak berkembang sama sekali.
Ketika Anda gagal, pikirkan mengapa Anda gagal, bukan siapa yang salah. Dengan memikirkan hal tersebut, kita akan sadar akan kelemahan diri sendiri dan berusaha untuk memperbaikinya. Selanjutnya, kita akan semakin dewasa dan bisa menghadapi setiap masalah dan kegagalan yang mungkin datang. Kuncinya adalah jujur dan merendahkan diri, mengaku kesalahan.
Pikirkanlah mengapa bukan siapa!