Mengelola Harga Diri Rendah
Salah seorang pembaca setia website ini bertanya, “Bagaimana yang cara kita untuk bisa lebih PD (percaya diri)?” Jawaban saya kepadanya kemudian saya rangkum dan saya buatkan tulisan ini, yakni cara mengelola harga diri rendah.
Harga diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya. Cermin diri atau lebih sering dikenal dengan gambar diri. Semuanya ini mempengaruhi cara orang berpikir, merasa, bertindak, dan juga kepercayaan dirinya.
Harga diri adalah penilaian diri sendiri mengenai seberapa berharga diri kita. Eddie Murphy, seorang psikolog Inggris mengatakan bahwa memiliki harga diri yang rendah berarti menganggap bahwa kita adalah seorang dengan nilai yang kecil. Contohnya sangat mudah, “Saya jelek, saya tidak berguna, saya selalu gagal, atau orang lain sering mengabaikan saya.” Dalam perilaku, kita cenderung sulit mengambil keputusan, bersikap defensif saat ada kritik, dan agak sulit untuk menyatakan pendapat atau gagasan kita.
Faktor-faktor penyebab harga diri rendah mayoritas adalah keadaan atau kondisi masa kecil mereka. Termasuk di dalamnya, masa kecil yang keras, mengalami pengabaian, tidak diperhatikan oleh keluarga, atau bahkan mengalami bully-ing di lingkungan sekolah dan pergaulan teman-teman. Penelitian juga menyatakan bahwa, lingkungan yang terlalu “menuntut” seperti prestasi dalam bidang akademis atau olahraga, pengalaman buruk dan traumatis, serta masalah kesehatan bisa membuat citra negatif harga diri seseorang.
Namun, kalau sekarang teman-teman berada dalam kondisi harga diri rendah, tenang saja. Itu tidak permanen atau berlangsung selamanya. Kita bisa melakukan sesuatu untuk menaikkan harga diri kita, dan cara-cara ini ada di dalam kendali kita. Pertama, belajar merawat diri dan yang kedua, berhenti untuk membanding-bandingkan.
Belajar merawat diri ini bisa dilakukan dengan cara-cara yang sederhana. Seperti cukup tidur, makan makanan yang bergizi, olahraga, dan juga refreshing dan melakukan hobi atau kesenangan kita. Coba untuk melakukkan hobi atau kebiasaan baru, seperti bergabung dalam komunitas sosial atau ikut serta dalam kegiatan sosial. Semisal menanam pohon, mengunjungi panti asuhan, atau mencoba memasak menu baru. Selain bisa berinteraksi dengan dunia yang baru, kita juga bisa belajar bersyukur secara langsung. Pengalaman saya mengunjungi panti asuhan anak di kawasan Penjaringan tahun lalu membuat saya bersyukur punya keluarga yang lengkap dan kesempatan untuk belajar hingga pendidikan tinggi. Teman-teman juga bisa lebih membuka diri menerima curhatan teman atau sahabat lain, karena berdasarkan pengalaman pribadi, mendengarkan masalah orang lain bisa membuat kita jauh lebih damai dan bersyukur. Meski kita mungkin tidak bisa memberikan solusi apapun.
Yang kedua, berhenti untuk membanding-bandingkan. Cara mengelola harga diri rendah ini terutama berfokus pada mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan kita untuk membandingkan diri dengan orang lain. Kehidupan ini adalah sebuah proses. Teman-teman fokuslah pada proses diri itu. Kalau kita hanya berfokus pada kekurangan diri terus menerus, kita malah tidak punya kesempatan untuk berupaya menjadi lebih baik. Mari bangkit! Orang lain memang bisa dijadikan acuan untuk kita menjadi semakin baik, semakin sabar, semakin rajin, atau apapun! Namun, jangan sampai malah membuat kita merasa tidak mampu dan berada di bawah bayang-bayang standar yang sebenarnya, kita buat sendiri.
Kita bisa mulai dari hal-hal sederhana, seperti belajar menyatakan pendapat di kelompok belajar atau komunitas kita. Atau juga ikut serta dalam kegiatan sosial yang kita senangi, seperti menjadi tenaga pengajar atau mengajar di panti asuhan. Menghabiskan waktu untuk makan di kafe atau kedai kopi yang mahal untuk mengikuti tren perkembangan jaman kini rasanya tidak akan pernah membuat kita lebih percaya diri. Cari cara untuk menikmati hidup yang sebentar, namun memberikan arti bagi kehidupan kita.
Terakhir, yakinlah, bahwa bagaimana pun pandangan diri kita kepada diri kita sendiri ataupun pandangan orang lain kepada kita, Allah tetap menganggap kita adalah yang terpenting. Kita berharga di mata-Nya, seperti yang pemazmur sampaikan, “Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mazmur 8:4-5).