Merayakan Hari Valentine – Hari Kasih Sayang
Bulan Februari. Bulan ini dirayakan sebagai bulan Kasih Sayang. Kemarin saat pergi ke supermarket di dekat tempat tinggal saya, banyak sekali ibu-ibu rumah tangga yang membeli coklat batangan sekitar 2 atau 3 batang. Ketika saya melihatnya, saya langsung berpikir, itu pasti untuk keluarganya. Di televisi juga ada cerita bagaimana seorang istri memberikan kue coklat kepada suaminya yang hanya tertidur lemah di tempat tidur. Walaupun sang suami sudah berpuluh-puluh tahun mengalami stroke, tapi sang istri tetap setia dan merawat sang suami. Televisi juga menayangkan acara spesial ketika anak-anak memberi coklat kepada orangtuanya dan mengatakan terimakasih.
Kisah di atas menceritakan kepada kita satu hal: KASIH, hal terajaib di dunia ini.
Merayakan Hari Valentine
Alkitab juga menceritakan mengenai KASIH ini. Tulisan Paulus dalam 1 Korintus 13 menunjukkan kedalaman dan kegigihan kasih yang melebihi kepentingan diri dan perasaan suka semata. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu” (ayat 4-8).
Begitu tingginya standar kasih itu. Terlalu tinggi untuk dapat dilakukan oleh manusia yang berdosa. Di tengah keberdosaan manusia, manusia yang hanya pantas dibenci, dibuang, dilupakan, dibinasakan, Tuhan Allah malah menunjukkan kasih-Nya yang begitu luhur. Allah mengaruniakan Anak-Nya, Tuhan Yesus untuk menderita dan mati di kayu salib menebus semua dosa manusia. Melalui peristiwa penebusan Yesus Kristus lah, kita manusia berdosa mengetahui makna KASIH yang sesungguhnya.
Ayah dan ibu yang mengasihi anaknya, merawat dari saat bayi hingga dewasa adalah BUKTI bahwa KASIH itu ada dalam diri manusia. Lantas, sang anak yang merasakan kasih orangtua, kemudian mendengarkan kabar sukacita penebusan Yesus Kristus, mengetahui KASIH itu lewat pengalaman pribadi. Hanya lewat kedua proses inilah seorang anak dibentuk untuk tumbuh di dalam kasih dan pengenalan yang benar akan Yesus Kristus.
Kalau salah satu dari proses ini ada yang tidak berjalan, sang anak pasti akan sesat, tidak tumbuh di dalam kasih. Bila seorang anak hanya merasakan kasih orangtua tanpa belajar mengetahui Kasih Tuhan, sang anak hanya akan tumbuh menjadi pribadi yang cengeng, lemah, dan selalu tergantung pada orangtua. Di dalam hatinya seperti ada lubang kosong. Dalam kehidupan sehari-harinya pun, dia akan mudah terombang-ambing, jatuh ke dalam pengajaran sesat dan dosa melawan Allah. Sebaliknya, jika seorang anak tidak merasakan kasih orangtua, dia mungkin mengetahui dan bisa merasakan kasih Allah, tapi ada yang kurang dalam dirinya. Dia tidak merasakan hal itu dari orang di dekatnya.
Recommended for you
Baca Halaman Selanjutnya 1 2