Mereka Bertemu dengan Kristus
Topik mengenai kematian kini menjadi topik yang sering saya angkat di dalam tulisan-tulisan saya. Saya tidak tahu persis apa alasannya. Namun, gagasan mengenai kematian dan kehidupan setelahnya banyak menginspirasi saya di dalam kehidupan ini. Kematian tetap menjadi momok yang menakutkan: saya masih belum ingin mati dan meninggalkan dunia ini. Namun di sisi yang sama, kematian menjadi sebuah hal yang menyenangkan: saat saya bertemu dengan Kristus.
Sudah banyak orang-orang yang saya cintai meninggal dunia. Mereka pergi meninggalkan saya: tulang, bapatua, namboru, dan saudara-saudara lainnya. Dan sebagai seseorang yang beranjak dewasa, saya sadar akan semakin banyak acara-acara penghiburan atas kematian yang akan saya hadiri. Mungkin suatu saat nanti orangtua, sepupu, teman, atau sahabat pergi meninggalkan saya. Kesedihan akan terus merasuk apalagi saat-saat di mana orang-orang terdekat saya pergi meninggalkan saya. Namun, tulisan ini kiranya menjadi penghibur bagi diri saya sendiri jika akhirnya kesedihan itu sekali lagi datang ke dalam kehidupan saya.
Sungguh lembut Tuhan Yesus memanggil,
memanggil aku dan kau.
Lihatlah Dia prihatin menunggu,
menunggu aku dan kau
Kesedihan memang tidak mungkin dapat saya hilangkan. Salah jika ada orang-orang yang berusaha untuk mengabaikan kesedihan itu atau menghilangkannya. “Tidak perlu sedih lagi lah, kan dia sudah bersama Tuhan,” atau “Tuhan tidak suka orang yang sedih terus-menerus.” Kesedihan bukanlah sesuatu yang dihindari layaknya musuh, harus ditumpas dan dihilangkan. Kesedihan harus dikelola untuk sebuah kebaikan. Kesedihan memerlukan waktu dan kondisinya sendiri, bisa dengan menangis, merenung, membayangkan, mengenang barang-barang favorit, dan sebagainya. Tuhan mengijinkan kesedihan itu terjadi untuk menguatkan hati dan perasaan kita di masa mendatang.
Terima kasih buat sebuah kebahagiaan.
Melihat mereka bertemu dengan Kristus.
Tidak apalah kesedihan ini merasuk.
Merasuk ke relung hati syukur
Sumber Gambar : keithnicolas.wordpress.com