Panggilan Lebih dari Impian
Saat kita mendengar kata panggilan, apa yang langsung terlintas dalam pikiran kita? Apakah itu sama dengan mimpi dan cita-cita? Sebenarnya panggilan dan impian memiliki hubungan yang sangat erat. Panggilan adalah misi hidup, sedangkan impian adalah visi hidup. Misi adalah sebuah keyakinan seseorang tentang apa yang harus dilakukan selama di bumi ini. Sedangkan visi adalah apa yang ia lihat akan terjadi di dalam kehidupannya, saat ia menjalankan misi hidupnya. Namun sesungguhnya, panggilan lebih dari impian.
Impian lahir karena sebuah panggilan. Ini juga berarti, panggilan harus diikuti oleh impian-impian berikutnya. Tuhan memberikan panggilan kepada kita, lengkap dengan kemampuan kita untuk membangun impian. Panggilan hanya akan menjadi sebuah hal yang tidak berguna saat kita tidak mampu menemukan impian-impian yang tepat.
Saya ingin mencontohkan panggilan pada diri saya. Ini bukan bermaksud sombong atau menunjukkan diri bahwa saya hebat karena mampu menemukan panggilan hidup. Semata-mata hanya sebagai contoh saja, supaya teman-teman bisa lebih mudah menangkapnya. Panggilan saya adalah untuk mengajar dan memberikan pengertian mengenai hal-hal yang rumit dalam bahasa yang mudah dimengerti. Impian saya mengikutinya, seperti saya ingin bekerja untuk mengabdikan ilmu dan pengetahuan saya di bidang pembangkitan dan distribusi listrik. Selain itu, saya juga suka mengajar dan berdiskusi dengan orang lain. Saya juga suka menulis dan berbagi melalui website maupun dari obrolan bersama dengan teman-teman.
Panggilan dan impian tidak boleh dibalik. Impian tidak boleh mendahului panggilan. Ini juga berarti, panggilan adalah sumber inspirasi dan tenaga pendorong dari semua mimpi dan cita-cita kita. Saat kita menghadapi beragam tantangan dan rintangan dalam mengejar impian kita, kita akan terus bersemangat mengingat bahwa ini adalah cara kita untuk mewujudkan panggilan hidup kita. Panggilan juga membuat kita menjadi seorang pemimpi. Panggilan mendorong kita membangun impian-impian dalam rangka mewujudkan panggilan.
Nilai dari sebuah impian bukan dilihat dari penilaian orang lain atau penghargaan yang kita terima dari orang lain. Impian-impian kecil pun terasa begitu bernilai jika sejalan dengan panggilan kita. Ingin melanjutkan kuliah Master (S2), ingin memiliki rumah dan mobil sendiri, ingin menjadi pengajar/ dosen, ingin menjadi pelayan di gereja sebagai penatua atau sintua.
Semua impian di atas nampaknya biasa saja kan? Impian bisa terasa begitu kosong jika didasarkan keinginan untuk diri sendiri. Namun, impian itu bernilai sangat tinggi apabila didasarkan keinginan untuk berbagi dengan orang lain sesuai dengan panggilan kita.