Payung Perlindungan Tuhan
Beberapa bulan belakangan ini saya jadi aktif dan sering ikut di perkumpulan orang-orang Batak yang ada di Jepang. Itu karena saya ditunjuk menjadi sekretaris perkumpulan tersebut. Sejak saya dan pengurus yang lainnya menjabat, kami selalu mendahului pertemuan itu dengan ibadah singkat. Menyanyikan dua tiga buah lagu, mendengarkan ayat pembimbing, kemudian renungan singkat, diakhiri dengan memberikan kolekte. Ibadah singkat itu kemudian diakhiri dengan doa persembahan, penutup dan doa makan malam.
Seperti kebiasaan orang Batak, kalau sudah berkumpul pastilah ada acara makan bersama. Sebenarnya ini juga teladan yang diberikan oleh Tuhan Yesus. Setelah Tuhan Yesus mengajar murid-murid dan orang banyak, Yesus tidak serta merta menyuruh mereka pulang dan kembali ke rumah. Yesus memberi juga berkat rohani berupa makanan kepada mereka (Bacalah Peristiwa Yesus memberi makan 5000 orang). Jadi saya sangat setuju dan mendukung acara makan bersama.
Setelah selesai acara makan bersama, biasanya kami langsung memulai rapat. Rapat membicarakan program-program yang ingin dilaksanakan ke depan. Kami pengurus yang relatif masih muda memaparkan rencana-rencana kerja dan membahasnya mendetail. Sementara para senior, orang-orang tua yang mendengarnya kemudian memberikan pendapat dan masukan. Acara rapat sungguh menyenangkan karena terkadang diselingi oleh canda dan tawa, tidak monoton dan tidak terlalu serius. Ini juga adalah ciri khas orang Batak menurut saya.
Peristiwa berikut terjadi beberapa hari yang lalu, saat ada acara partangiangan (perkumpulan) di salah satu rumah. Hari itu adalah hari Sabtu. Setelah rapat dan ramah-tamah selesai, karena waktu sudah pukul 9 malam, saya dan beberapa orang teman mohon pamit pulang dahulu ke rumah. Saya sendiri pamit lebih dulu karena harus membuat file proyektor–untuk Ibadah Hari Minggu besok di gereja. Ada juga teman lain yang juga harus pulang untuk latihan ibadah esok hari.
Seorang teman lain (yang jarang/ hanya kadang-kadang datang ke gereja) menyeletuk kepada temannya yang lain, “Ayo, besok kita ke Gereja, nanti Tuhan marah.” Saya yang mendengarnya pun kemudian mengajaknya datang ke Gereja. “Ayo Lae, datanglah ke Gereja,” ajak saya singkat. Dia hanya mengangguk perlahan, entah apa maksudnya saya pun tidak mengerti.
Dalam perjalanan pulang, saya teringat akan perkataan salah seorang teman tadi, “Ayo, besok kita ke Gereja, nanti Tuhan marah.” Mmm, apa benar ya Tuhan marah kalau kita tidak ke Gereja? Kenapa dia berkata seperti itu?
Payung Perlindungan Tuhan
Kebanyakan orang memang merasakan sendiri, mereka merasa ada yang kurang, ada yang kosong dalam diri saat mereka tidak pergi ke Gereja. Beberapa malah mengatakan, mereka justru mendapatkan “masalah” saat mereka jauh dari Gereja dan persekutuan. Mereka kemudian berpikir bahwa Tuhan Allah “marah” dan kemudian menghukum mereka, orang-orang yang tidak datang ke Gereja. Tapi betulkah begitu?
Gereja, Persekutuan, Firman Tuhan adalah seperti payung bagi hidup kita. Payung yang melindungi kita dari hujan deras dan petir yang turun. Jika kita keluar dari Gereja atau Persekutuan, atau menjauh dari Firman Tuhan, itu sama dengan keluar dari payung. Pastinya badan akan menjadi basah kuyup karena air hujan. Beberapa waktu kemudian, suhu badan menurun perlahan-lahan, menyebabkan metabolisme tubuh berubah. Akhirnya, kepala menjadi pusing, badan menjadi meriang. Penyakit pun datang menyerang.
Mengapa penyakit datang menyerang? Kalau diurut-urut kembali, penyebabnya tidak lain tidak bukan karena keluar dari payung. Keluar dari payung yang melindungi diri dari air hujan.
Jadi bagaimana dengan masalah yang menyerang hidup? Kalau diurut-urut masalah datang bukan dari Tuhan. Tidak, tidak dari Tuhan. Masalah bermula dari saat keluar dari payung. Keluar dari Gereja, Persekutuan, atau saat menjauh dari Firman Tuhan. Karena keluar dari “payung” perlindungan, “hujan dunia” akan jatuh dari atas, menyerang terus-terusan tidak henti.
Dalam hidup masalah dan pergumulan akan terus datang tidak berhenti. Agar tidak kebasahan dan sakit, kita harus tetap ada di dalam “payung” perlindungan Tuhan.
Hujan akan tetap turun tanpa henti. Agar tidak kehujanan dan sakit, kuncinya adalah menjaga badan tetap kering tidak kebasahan. Caranya hanya satu, tetap berada di dalam payung. Jangan pernah coba sekali-kali keluar dari payung.
Sumber gambar : BlogSpot