Praktek Adat Batak untuk Orang Mati
Peristiwa kematian dan dunia roh merupakan misteri yang tidak dapat dimengerti manusia yang di luar Tuhan. Mereka tidak tahu kemanakah roh manusia pergi setelah meninggal. Iblis pendusta itu menipu dengan menyamar sebagai nenek moyang yang meninggal, melalui kesurupan, mimpi, hantu, penampakan, dan lain sebagainya. Itulah yang dipercayai oleh suku Batak sebagai sipelebegu. Mereka memuja roh leluhurnya agar mereka diberkati dan tidak dimurkai.
Adat Batak untuk orang mati berakar pada pandangan yang salah ini. Kesalahan ini bersifat demonik yaitu bersumber langsung dari Iblis, bukan hanya dari filsafat atau pemikiran manusia saja. Memang semua budaya manusia sudah rusak, tidak sesuai dengan standar Allah karena pada dasarnya manusia sudah berdosa. Agama suku Batak seperti banyak kepercayaan lainnya, termasuk paling rusak karena bersifat demonik, sumber informasinya langsung dari roh-roh jahat yang menyamar. Iblis bisa menyamar seperti malaikat terang, apalagi menyamar seperti orang yang sudah meninggal. Manusia yang mempercayainya itulah yang harus segera diingatkan untuk kembali kepada Allah.
Apa kata Injil mengenai kematian?
Injil kabar baik menyampaikan kepada kita kebenaran tentang kematian dan orang mati. Yesus Kristus sudah mati dua ribu tahun yang lalu, turun ke dalam kerajaan maut dan bangkit dari kematian pada hari yang ketiga. Dia adalah Tuhan kita yang memegang kunci kerajaan maut, dan Dia tetap hidup dan berkuasa sekarang ini. Berdasarkan firman-Nya kita orang Kristen Batak sekarang mengerti bahwa orang yang mati dalam Tuhan akan tetap hidup meskipun sudah meninggal (Yoh 5:24; 11:25-26). Ternyata kematian hanya merupakan peralihan dari tubuh jasmani untuk menetap pada Tuhan. Artinya, kematian hanyalah sebuah jalan atau proses di mana kita pindah dari kehidupan fana menjadi kehidupan yang kekal. Tubuh orang yang meninggal digambarkan hanya sebagai “kemah tempat kediaman yang dibongkar” (2Kor 5:1). Tubuh itu nantinya akan dibangkitkan menjadi tubuh baru pada waktu Tuhan datang kembali (1Tes 4:16; 1Kor 15:35-58).
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. (Yoh 5:24)
Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya.” (Yoh 11:25-26)
Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia. (2 Kor 5:1)
Berdasarkan kebenaran ini, tidak layak bagi kita orang yang mengasihi Tuhan untuk berusaha “mati-matian” mengurus mayat orang mati yang notabene adalah “kemah yang roboh” itu dan mengabaikan kebenaran bahwa rohnya tetap hidup menetap dengan Tuhan. Begitu banyak waktu, tenaga dan dana kita habiskan demi mengikuti tradisi yang kita warisi dari leluhur kita. Kita menghargai warisan itu namun dengan kesadaran bahwa mereka melakukan praktek adat Batak itu sesuai pemahamannya, yakni mereka belum tahu kebenaran tentang kematian seperti yang kita mengerti sekarang.
Kita seharusnya berusaha “mati-matian” melakukan perintah-perintah Kristus yang sudah jelas, sebagai bukti nyata kasih kita kepada-Nya dan juga kepada kekasih kita yang meninggal itu, karena ia sudah menetap pada Tuhan, dan tidak lagi dalam ‘kemahnya yang roboh’ alias mayatnya. Fokus kita seharusnya pada Tuhan yang pada-Nya kekasih kita yang meninggal itu hidup, dan yang realitas keberadaan-Nya kita alami dalam tubuh-Nya yakni Gereja, persekutuan orang percaya.
Di dalam iman kita pada Tuhan Yesus, kita akan tetap dekat dengan semua kekasih kita yang meninggal dalam Tuhan. Kita yakin bahwa mereka sudah bersama dengan Tuhan Yesus di dalam Sorga. Oleh sebab itu, proses pemakaman jenazah orang yang meninggal dalam Tuhan, seharusnya dilakukan hanya dalam dan bersama dengan tubuh Kristus (gereja/ jemaat/ persekutuan) saja sedangkan partisipasi semua pihak lainnya bisa diatur bersama tubuh Kristus itu. Ada lembaga gereja yang memberikan pelayanan mengurus kematian secara penuh, bahkan termasuk membayar biayanya sesuai standar gereja. Keluarga yang berduka hanya perlu memberitahukan kepada unit pelayanan itu, dan semua urusan akan ditangani termasuk hal teknis, acara penghiburan, pemakaman dan pengucapan syukur setelah pemakaman. Dengan pemakaman secara gerejawi saja, kita dengan sadar tidak memberi kesempatan kepada Iblis mengambil keuntungan dalam acara pemakaman dan hal itu menyenangkan Tuhan karena sesuai kehendak-Nya (lihat Efe 4:27).