Rest In Peace (RIP)
Tulisan Rest In Peace (RIP) sering dituliskan di batu nisan atau salib yang ada di kuburan orang Kristen. Tulisan ini juga ada di kuburan dari Namboru saya yang meninggal sepuluh hari yang lalu. Tulisan yang sama juga ada di kuburan tulang saya dan kuburan-kuburan Kristen yang pernah saya lihat. Rest In Peace memiliki padanan kata beristirahat dengan tenang dalam Bahasa Indonesia.
Rest In Peace
Beristirahat berarti kita tidak melakukan apa-apa. Beristirahat serupa dengan tidur yang kita lakukan sepanjang hidup kita. Di saat tidur, kita tidak berbuat apa-apa bukan? Pikiran dan tubuh kita beristirahat dari segenap aktivitas yang sudah kita lalui sepanjang hari. Kematian adalah peristiwa di mana kita meninggalkan dunia ini dan beristirahat dari badan jasmani kita. Di saat kita meninggal, tubuh kita tidak akan mampu berbuat apa-apa. Tubuh perlahan membiru dan berbau busuk karena darah tidak lagi mengalir. Orang yang sudah mati akan diam saja, apapun yang kita lakukan padanya.
Rest In Peace atau dengan tenang adalah sebuah frase yang begitu diinginkan oleh semua manusia selama hidupnya. Dengan tenang juga berarti damai dan bahagia. Tidak ada masalah yang menekan kehidupan ini. Tidak ada ketakutan yang menghampiri dan mengancam perjalanan hidup ini. Juga tidak ada lagi kekuatiran yang menganggu. Hidup penuh dengan damai dan sukacita, siapa yang tidak mau?
Kenyataannya, beristirahat dengan tenang hanya dapat kita terima di saat kita meninggalkan dunia ini. Meninggalkan kehidupan di dunia yang fana. Meninggalkan tubuh jasmani kita yang bisa dikikis oleh umur dan penyakit. Kematian adalah pintu yang membuat kita bisa memulai kehidupan di dunia yang kekal. Roh dan jiwa kita akan tetap hidup untuk bersama-sama dengan Tuhan selamanya. Tetapi ternyata, ini tidak berlaku untuk semua kematian. Kematian di dalam Tuhan Yesus saja lah yang bisa membawa kita ke kondisi Rest In Peace.
Rest In Peace – Istirahat dengan Tenang
Bagi kita–orang yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat–kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan. Itulah kebenaran yang benar-benar saya temukan di saat persiapan pekuburan Namboru saya baru-baru ini. Kematian sesungguhnya adalah waktu-waktu yang kita nantikan selama kehidupan kita. Saat-saat di mana kita dapat memulai kehidupan yang jauh lebih indah dan menyenangkan bersama dengan Allah. Kematian adalah saat di mana Allah memutuskan untuk menjemput kita kembali dari hidup ini agar kita bisa hidup bersama dengan Dia–yang telah menciptakan kita. Dia menyelesaikan kehidupan kita beserta semua usaha, kerja keras, dan segenap pelayanan yang telah kita lakukan. Pada kematian Namboru saya, saya dapat membayangkan Tuhan Yesus membuka tangan-Nya dengan lebar. Ia menatap saya dan memeluk saya dengan eratnya, sambil berkata,
“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
(Mat. 25:21)
Kita adalah warga Kerajaan Sorga yang diutus di dunia ini. Ingat! Kehidupan kita tidak boleh sama dengan dunia ini karena kita adalah warga Kerajaan Allah. Kehidupan di dunia hanya sementara. Namun, ini juga bukan berarti kita tidak berbuat apa-apa di dunia ini. Kita harus tetap berkarya dan membagikan berita kebenaran akan Kerajaan Allah kepada dunia ini. Hidup ini singkat, bahkan terkadang amat singkat. Nikmatilah hidup ini selalu di dalam naungan dan rencana Allah.
Sumber Gambar : BlogSpot