Saat Gempa Besar Melanda Hokkaido
Gempa berkekuatan 6,7 skala richter melanda Hokkaido sekitar pukul tiga pagi hari Kamis pagi saat orang-orang masih tertidur pulas. Gempa ini memicu terjadinya tanah longsor di beberapa daerah dan juga membuat kerusakan di jalan-jalan utama Sapporo. Seorang ahli mengatakan likuifaksi tampaknya sedang terjadi. Getaran yang kuat menyebabkan air bawah tanah bercampur dengan lumpur dan pasir, dan memaksanya ke permukaan. Pusat gempa sendiri terletak di Atsuma, di bagian selatan Pulau Hokkaido, di mana banyak korban yang dilaporkan belum ditemukan. Pemerintah Prefektur Hokkaido mengatakan lebih dari 11.000 orang berlindung di shelter-shelter di seluruh kota di Hokkaido sampai dengan hari Sabtu. Hal ini untuk mencegah korban yang berjatuh karena dampak gempa dan gempa susulan yang masih terjadi. (Saat Gempa Besar Melanda Hokkaido, sumber berita dikutip dari Time dan NHK)
Gempa yang terjadi kamis pagi mengingatkan saya akan sahabat saya, Sion Elisabeth yang sedang melanjutkan kuliah di Hokkaido University, di kota Sapporo. Selepas bangun pagi untuk bersiap kerja, saya mengirimkan chat melalui aplikasi Line (sekitar jam 5 pagi waktu Indonesia atau jam 7 pagi waktu Jepang). Tidak lama berselang, Sion membalas chat, “Listrik dan air mati Ce. Gelap gulita menyelimuti bumi ehehe.” “Sekarang lagi kumpul di tempat evakuasi,” tambahnya. Sion juga menuturkan bahwa dia sudah mengabari keluarganya di Medan dan Jakarta.
“Sejauh ini sapporo masih aman. Tapi kita waspada gempa susulannya. Ada kemungkinan lebih besar [gempa susulannya],” tambah Sion.
“Iya. Nanti kalau listriknya nyala, isi laptop, hp, sama power bank ya. Buat jaga-jaga. Semangat terus di sana. Tuhan jagain kamu,” lanjut saya menutup perbincangan pagi itu. Saya juga tidak enak melanjutkan percakapan. Mungkin saja dia ingin beristirahat karena kejadian berlangsung saat tidur, atau masih ingin mengabari keluarganya yang lain.
Beberapa kanal berita luar negeri seperti BBC dan NHK juga mulai mengabarkan gempa yang terjadi di Hokkaido. Bahkan ada video yang merekam gempa menyebabkan pesawat-pesawat bergetar di Bandara Shin-Chitose dan juga jalan yang retak di kota-kota di Hokkaido.
Hari sabtu kemarin saya bersyukur, Sion menuliskan kembali rasa ucapan syukur seorang temannya melalui instagram stories. Bencana yang terjadi kepada mereka tidaklah membuat mereka menjadi takut, malahan temannya bersyukur karena bisa lebih mengenal di tempat evakuasi (shelter). Mungkin saja, selama kurang lebih tiga hari di tempat evakuasi, mereka bisa saling bercerita mengenai kehidupan mereka di Indonesia serta saling menyemangati satu sama lain. Rasa senasib dan sepenanggungan di tengah-tengah bencana, ternyata jadi salah satu hal yang bisa kita peroleh di tengah-tengah perasaan kalut dan takut. Sion dan teman-temannya mungkin akan selalu mengingat kejadian gempa ini, dan saya harap mereka bisa terus semakin kompak di masa mendatang.
Tuhan masih menyatakan kuasanya melalui bencana yang terjadi: bahwa Ia mempunyai rencana yang indah–meski kadang, kita sebagai manusia tidak dapat menyelami rencana-Nya. Bencana yang terjadi menunjukkan kuasa Allah atas dunia ini. Kita hanyalah bagian kecil dari kemahakuasaan Allah Sang Pencipta. Dan Ia selalu punya cara untuk mengajari kita: selalu ada hikmah baik di tengah-tengah bencana.
Sumber gambar: NHK