Saat Orang yang Dicintai Pergi
Apa yang akan teman-teman lakukan saat orang yang dicintai pergi? Berpisah untuk sementara waktu saja sudah membuat kita merasa “aneh” atau “tidak biasa”–apalagi jika harus berpisah selamanya. Sudah banyak tulisan mengenai kematian di dalam website ini, namun nyatanya topik perpisahan akibat kematian selalu mempunyai kisah tersendiri dalam kehidupan saya. Beberapa hari ini saya mendengar berita meninggalnya ayah seorang teman. Ada juga kematian anak ITB yang juga angkatan 2010. Perpisahan memang sesuatu yang menyakitkan. Beberapa bahkan menyebut seakan-akan mendapatkan pukulan telak di hidupnya.
Saat Orang yang Dicintai Pergi | Realita
Kematian merupakan sebuah realita yang harus kita terima. Tidak dapat diprotes dan dipertanyakan. Kita lahir, kita hidup, lantas kita mati. Semua itu adalah sebuah siklus kehidupan yang diterima oleh semua manusia. Ada saat untuk lahir, dan ada saat untuk mati. Hampir seluruh agama di dunia pun mempercayai bahwa ada satu sosok di atas manusia (Tuhan atau Allah) yang mengatur kehidupan manusia. Kapan manusia itu akan lahir. Juga kapan manusia itu akan mati. Kita hanya perlu bersiap untuk kapan pun waktu itu datang.
Kesedihan yang muncul juga patut dimaklumi. Seorang yang selalu hadir di dalam hidup kita tiba-tiba meninggalkan kita selamanya. Orangtua yang bertahun-tahun mengantar kita ke sekolah, menasehati kita, memasak makanan, mengecup kening kita menjelang tidur, kini tiba-tiba tidak ada. Saudara atau pasangan yang begitu kita kasihi dan sayangi kini tidak dapat lagi kita temukan. Dulu dia sering duduk di kursi ini dan membaca koran… tapi kini dia sudah tidak ada. Kursi ini pun sepanjang hari kosong. Ada juga yang menjadi kehilangan semangat dalam melakukan sesuatu. Dulu aku paling sering memasak capcay untuk dia, makanan capcay ini adalah makanan kesukaannya… kini semenjak kepergiannya aku tak mampu lagi memasak capcay. Tidak ada lagi semangat untuk memasak capcay. Dalam beberapa kondisi bahkan muncul trauma akibat kegagalan diri menerima kenyataan. Tuhan kok gak adil sih…dia orang baik, dia sayang kepada keluarga, tapi kenapa dia mati begitu cepat?
Saat Orang yang Dicintai Pergi | Kenangan
Kesedihan sekali lagi adalah sesuatu yang lumrah. Salah rasanya jika kita berkata kepada orang atau keluarga yang ditinggalkan untuk tidak bersedih atau jangan menangis. Dalam suasana duka ini, kita sebagai pihak luar sebaiknya menempatkan diri sebagai orang yang turut ditinggalkan. Kita mengenang kembali kenangan bersama dia, atau kebaikan-kebaikan yang dia lakukan. Kita juga dapat mengenang keberanian dan integritasnya. Hal-hal ini tentunya akan memberikan kekuatan kepada orang yang ditinggalkan. Memang ia sudah meninggal, namun kita bangga dan bahagia melihat ada banyak orang yang mengasihinya. Ada banyak orang yang mengenang jasa dan kebaikannya.
Kematian memang menyedihkan dan menyakitkan. Sepi hati ini ketika mengingat bahwa dia sudah tidak ada lagi. Namun, segala sesuatu selalu ada hikmahnya. Tuhan bukanlah sosok yang kejam yang membiarkan luka itu terus terbuka. Ijinkanlah waktu untuk perlahan menutup dan menyembuhkan luka itu. Memang masih ada bekasnya, namun rasa sakit itu perlahan-lahan akan hilang. Kita kehilangan, namun kita tidak kehilangan sosoknya sepenuhnya. Ada banyak orang yang terus mengingatkan kita kepada sosok orang yang kita kasihi, seperti yang dialami oleh kakak sepupu saya. Ada tetangga yang mengantarkan dia sampai ke pintu tol Bekasi Timur. Persis seperti yang dilakukan oleh ayahnya (Bapatua saya). Kita bersyukur saat kita tahu persis orang yang kita kasihi kini telah bersama dengan Tuhan. Dan lebih dari itu kita bersyukur, saat tahu bahwa Tuhan selalu punya cara untuk menghibur hati kita saat kesedihan itu datang.
7 thoughts on “Saat Orang yang Dicintai Pergi”