Saya Menolak Memaafkan
Ketika seseorang menyakiti hati Anda–baik sengaja maupun tidak–Anda terkadang menolak memaafkannya karena itu terlihat sebagai sebuah penunjukkan diri. Kita menunjukkan diri sebagai orang yang kuat dan tegas. Pilihan lainnya yaitu memaafkan nampak sebagai sesuatu yang nampak lemah dan terlalu murah hati. Memberikan tempat kepada amarah dan penolakan sebenarnya juga mau mengatakan, “Yang terpenting adalah perasaanku–bukan perasaanmu. Dan karena aku tidak mau memaafkan, maka aku tidak akan menawarkan pengampunan kepadamu, tak ada kesempatan untuk memperbaiki, tidak akan pernah. Apapun yang akan kau katakan, lakukan, atau pikirkan, aku akan terus membenci dan menyalahkanmu. Aku akan menunjukkan bahwa kau akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah kau lakukan kepadaku, dan itu tidak akan pernah terampuni.”
Dengan menolak memaafkan kita berusaha menyerang secara agresif si penyinggung, meskipun dengan cara yang terlihat sederhana dan tak terlihat. Kebungkaman Anda berusaha membalas perbuatannya dengan kejam dan memberinya pelajaran. Pembalasan jenis ini biasanya paling suka dipilih karena menawarkan sebuah cara untuk membuat si tersinggung merasa diri lebih berkuasa daripada penyinggung. Namun apakah benar?
Selama kita memutuskan untuk tidak memaafkan, amarah kita tidak dapat ditawar-tawar. Bila penyinggung menunjukkan rasa bersalah, kita mungkin akan mengurangi amarah kita. Namun ketika si penyinggung menolak dipersalahkan, kita akan merasa terancam dua kali–pertama oleh rasa sakit ditambah oleh kegagalan si penyinggung mengakui kesalahannya. Sikap acuh tak acuhnya membuat rasa sakit kita menjadi lebih parah dari luka itu sendiri.
“Mengapa aku harus memaafkan orang yang menolak untuk minta maaf kepadaku?”
“Aku tidak ingin terluka lagi, apakah aku harus menutup diri dan membuang semua tentangnya dari kehidupanku?”
Kita semua tentu pernah menolak memaafkan. Namun nyatanya pilihan ini membuat kehidupan kita naik turun. Amarah tersulut dan kemudian menyurut. Tidak memaafkan merupakan pembawaan bentuk citra diri kita: sejauh apa kedewasaan kita dalam melihat sebuah makna pengampunan.
Sumber Gambar : blogspot.com