Sikap Membangkang Terhadap Tuhan
Kalau seorang anak menolak nasihat yang diberikan oleh orangtuanya, berarti dia membangkang terhadap mereka. Orangtua pasti akan sangat sedih dan marah jika anak-anak melawan dan membangkang. Tidak sedikit yang memperingati bahkan memarahi anak agar tidak membangkang. Inilah tanda bahayanya sikap membangkang. Sikap membangkang ini harus segera dibasmi dan dihilangkan.
Sikap membangkang ini juga kita jumpai di dalam Alkitab, misalnya sikap membangkang Raja Ahab terhadap Tuhan. Dalam 1 Raja-Raja 20 kita mendapati bahwa Ahab membangkang pada Tuhan ketika mengambil tindakan terhadap Benhadad. Siapakah Benhadad? Benhadad adalah raja negeri Aram yang berinisiatif untuk merebut daerah Samaria dan menaklukannya.
Sikap Membangkang dalam Alkitab
Pada waktu itu, Samaria sudah berhasil dikepung dan sedikit lagi akan ditaklukkan. Namun lewat perantaraan Nabi, Tuhan berkata bahwa Aram akan dikalahkan dan Ahab akan menang. Nubuatan itu pun terjadi. Ahab yang memimpin pasukan di Samaria berhasil menang, tapi Raja Aram yakni Benhadad berhasil melarikan diri. Selang beberapa waktu, Benhadad kembali memimpin pasukan Aram untuk menaklukkan Samaria. Kali ini pertempuran dahsyat terjadi di dekat kota Afek. Sekali lagi datanglah Nabi Tuhan dan menubuatkan bahwa seluruh tentara Aram akan diserahkan ke tangan Ahab. Kemenangan kedua pun berhasil diperoleh dengan campur tangan Tuhan. Bedanya, jika pada pertempuran pertama Benhadad bisa lolos, kali ini Benhadad berhasil ditangkap.
Di saat itulah Ahab melakukan kesalahan besar. Ahab menunjukkan sikap membangkang dan tidak hormat kepada Tuhan. Sesuai dengan aturan Tuhan, seorang raja Israel harus menumpas habis bangsa yang menjadi musuh mereka. Tidak boleh ada seorang pun yang dibiarkan hidup, termasuk raja mereka. Perintah Tuhan ini bertujuan untuk mencegah umat Israel dari pengaruh yang tidak baik dari bangsa lain yakni bangsa penyembah berhala.
Ahab tidak menuruti Tuhan. Ahab membangkang terhadap Tuhan. Dia membiarkan Benhadad hidup, bahkan menganggap Benhadad sebagai saudaranya sendiri. Hal serupa juga dilakukan oleh Raja Israel lainnya yakni Saul. Ketika Tuhan memerintahkan Saul untuk menumpas habis bangsa Amalek, Saul membangkang terhadap Tuhan. Saul membiarkan kambing domba dan lembu-lembu bangsa Amalek tetap hidup. Begitu pula dengan Agag, raja Amalek tidak dibunuh oleh Saul. Karena hal ini, di hari itu juga Tuhan langsung menolak Saul sebagai raja. Pada kasus Ahab, lewat perantaraan nabi-Nya, Tuhan berkata, “Oleh karena engkau telah membiarkan lolos orang yang dikhususkan bagi-Ku untuk ditumpas, maka nyawamu adalah ganti nyawanya dan rakyatmu ganti rakyatnya.” (1 Raja-Raja 20:42).
Sikap membangkang amat berbahaya. Tidak hanya kepada orangtua atau sesama, sikap membangkang ini juga bisa berakibat buruk dengan hubungan pribadi dengan Tuhan. Sebab Tuhan tidak berkenan kepada orang yang membangkang atau yang tidak mau taat kepada-Nya. Jadi, saat kita diperhadapkan kepada pilihan, berdoalah sungguh-sungguh agar dapat memilih yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Bertindak bijak dan taat pada Tuhan. Jangan berpaling muka dan memelihara sikap membangkang.
sumber gambar : kolom.atabasa.co.id