Sikap Skeptis: Pandangan Salah Terhadap Rintangan
Kita tidak akan pernah tahu kapan pencobaan akan datang, kapan kita menderita. Akankah pencobaan akan datang pelan-pelan dan satu-satu? Akankah pencobaan datang bertubi-tubi seperti yang dialami Ayub? Kita tidak perlu menebaknya. Kita hanya perlu mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Masih berkaitan dengan Kronos dan Kairos yang pernah dibahas di tulisan sebelumnya, dalam setiap waktu yang ada kita harus melatih dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan yang terburuk. Kemungkinan hanya dua: berhasil atau gagal. Keberhasilan tentu akan sangat menyenangkan dan membanggakan, tapi kegagalan? Banyak yang mencoba menutupi kegagalannya?
Kembali ke perkataan Lion Feuchtwanger, kegagalan yang dialami tentu akan memberikan suatu pengalaman berharga bagi setiap manusia. Orang yang kuat dan terbiasa, tentu akan maklum dengan kegagalannya. Dia mungkin berkata, “Kali ini mungkin tidak berhasil, tapi pasti besok berhasil.” Orang kuat menjadikan kegagalannya suatu STEPPING STONE (batu loncatan) yang diletakkan di kakinya. Dia tidak berhenti di sana, tapi malah menggunakan batu “kegagalan” nya untuk dasar melangkah di kemudian hari.
Berbeda dengan yang dilakukan oleh orang yang lemah. Dia menjadikan batu “kegagalannya” sebagai tembok yang besar yang membuatnya berhenti. Dia berpikir, “Mungkin saya hanya bisa sampai di sini saja.” Dia meyerah pada rintangan atau pencobaan itu. Dia menganggap kegagalan itu sebagai tembok yang menutupi pandangannya akan masa depan. Sebagai penghalang yang menghentikan langkah perjuangannya. Sebagai suatu yang besar yang tidak dapat diatasi oleh dirinya sendiri. Sedih bukan melihat orang yang seperti ini?
Sikap Skeptis: Pandangan Salah Terhadap Rintangan
Jadi, mulai persiapkanlah dirimu terhadap semua tantangan dan rintangan yang mungkin terjadi.
Jadilah orang yang kuat dan pantai menyerah menghadapi semua hambatan.
Dan lihat apa yang terjadi!
1 thoughts on “Sikap Skeptis: Pandangan Salah Terhadap Rintangan”