Terlambat Mencintai
Frans dan Siska bertemu di hari pertama masa perkuliahan di kampus mereka. Pertemuan yang tidak disengaja ini ternyata menjadi awal mula dari persahabatan mereka. Mereka sering makan bersama, pergi ke toko buku bersama, dan menghabiskan waktu sepanjang masa perkuliahan di kampus. Seiring berjalannya waktu, Frans merasakan ada rasa lain yang ia miliki kepada Siska, rasa lebih daripada seorang sahabat. Namun, ia takut menyatakan perasaannya ini kepada Siska. Ia terus menunda dan berharap perasaan itu segera hilang. Siska pun merasakan hal yang sama. Ia mulai sayang kepada Frans dan berharap suatu saat nanti mereka dapat menjalin hubungan lebih dari sebagai sahabat.
Namun, tiba-tiba kecelakaan menimpa Frans. Sebuah supir yang mabuk menabrak sepeda motor yang ia kendarai. Kisah kemudian berlanjut di mana roh Frans yang menjadi gentayangan karena Ia belum sempat menyatakan perasaannya. Frans kemudian berusaha menyatakan perasaannya kepada Siska, namun apa daya, sentuhan Frans tidak dapat dirasakan dan suaranya tidak dapat didengar. Ia mencari akal dan berkali-kali bergumam, “Aku harus melakukan sesuatu…harus ada cara untuk mengatakannya….” Semua nampak sia-sia. Frans sudah menjadi roh yang tidak dapat dilihat, disentuh, dan didengar.
Itu cerita fiksi, jelas karena itu hanya cerita yang saya kisahkan kembali di dalam tulisan ini. Cerita di atas hanya salah satu dari kisah FTV (Film Televisi) yang ditayangkan akhir pekan kemarin. Yang sudah meninggal menyesal karena belum mencintai yang ditinggal. Dalam dunia nyata, yang terjadi sering justru kebalikannya. Justru kita yang ditinggal merasa menyesal karena belum mencintai orang yang sudah tiada. Ia kini sudah meninggalkan kita. Kita terlambat mencintai. Sekarang kita ingin melakukan sesuatu kepadanya, tetapi ia sudah tiada. Kita menyesal karena terlambat mencintai.
Dalam duka yang disebabkan kematian biasanya juga muncul rasa bersalah dan rasa menyesal. Kita menyesal dan merasa bersalah karena kurang mencintai pasangan, orangtua, anak, atau kerabat selama hidupnya. Kurang mencintai sesungguhnya muncul karena kita tidak sepenuhnya mencintai dan mengungkapkan cinta itu selama ini. Kini mereka mendadak meninggal dan pergi. Kita bersedih. Kita menyesal. Kadang-kadang tekanan psikis ini dapat berdampak pula pada keadaan tubuh kita, tidak nafsu makan, malas melakukan sesuatu, sakit kepala, dan lainnya. Bahkan bisa menimbulkan trauma yang mendalam dalam bentuk rasa sesal atau bayangan masa lalu yang datang mengganggu pikiran.
Rasa sesal dan bersalah ini lebih sering terjadi pada seorang anak. Anak menyesal karena belum sempat melakukan perbuatan baik kepada orangtuanya. Belum sempat membahagiakan atau melakukan perintahnya. Orangtuanya keburu meninggal. Lebih parah lagi, beberapa kondisi di mana anak merasa dialah penyebab kematian ayah atau ibunya.
Saya ingin mendalami mengenai kasus seperti itu. Biasanya banyak terjadi pada seorang putra yang ditinggal ayahnya. Mengapa? Seorang putra biasanya lebih dekat kepada ibu ketimbang ayahnya. Putra menganggap ayah keras dan kejam, suka marah dan tidak punya perasaan. Ia melihat ayahnya sebagai sosok yang menakutkan karena suka melarang dan menghukum. Ia sakit hati dan membenci ayah. Oleh sebab itu, sejak remaja hubungannya menjauh dari ayah dan sekadar basa-basi setiap kali bertemu. Kini ayah telah meninggal dan ia menyesal karena belum mencintai ayah. Sepanjang sisa hidupnya, ia dihantui rasa sesal.
Recommended for you
Baca Halaman Selanjutnya 1 2
Baca Halaman Selanjutnya 1 2