Terlambat Mencintai
Terlambat Mencintai
Penyesalan seperti itu diceritakan juga oleh Samuel Mulia, seorang penulis artikel tetap di Kompas Minggu. Ia menceritakan kenangan pahit masa kecilnya di dalam tulisannya “Terlambat Mencintai”. Tulisnya, “Waktu kami masih kecil, saat Natal tiba, tak ada family gathering. Ayah mengirim anak-anaknya ke sebuah hotel untuk Natalan dengan Santa. Ia sibuk dengan acara open house…” Samuel kemudian juga menceritakan rasa sakit hatinya saat masih mahasiswa, “Saat saya menyisihkan sedikit uang dari hasil kerja di masa menjadi mahasiswa, saya membelikan penganan untuk ayah. Waktu itu saya bangga sekali bisa membelikannya roti. Namun, saya kecewa berat karena jawaban macam ini yang saya dapatkan: Uang itu disimpan, jangan dihambur- hamburkan!”
Samuel mengakui bahwa ia membenci ayahnya. Ia menulisnya secara tersurat di dalam tulisannya, “Saya sudah seperti spons yang penuh dengan air kebencian karena, menurut saya, ia tidak pernah mencintai… Kebencian yang bersarang di hati saya berlangsung belasan tahun lamanya. Sampai suatu hari saya bisa mengampuni diri saya, sebelum saya mengampuni ayah. Sayang, saat sedang begitu menikmati rasa cintanya, Tuhan memanggilnya pulang. Saya menyesal…”
Rasa sesal dan bersalah itu terus menekan Samuel Mulia selama belasan bahkan puluhan tahun setelah kematian ayahnya. Tulisnya lagi, “…dada saya terasa sesak karena tidak bisa menangis secara tuntas… berasal dari penyesalan yang timbul dalam rasa rindu yang sangat…” “Saya terlambat untuk mencintai dan kemudian menyesal di ujung tanduk, di ujung kesendirian, dan di ujung maut.“
Duka yang dirasakan oleh Samuel Mulia dapat menimpa siapapun, termasuk kita. Kita berniat melakukan kebaikan kepada orang yang kita cintai: kepada orangtua kita, kepada teman atau sahabat, juga kepada pasangan kita. Tapi, baru sebatas niat. Akhirnya niat itu tidak dapat terlaksana. Kita menyesal. Kita merasa bersalah. Kita terlambat mencintai. Namun apa daya yang dapat kita lakukan.
Mungkin kita perlu belajar lebih untuk mengenal makna kata “kesalahan” dalam doa Bapa Kami, “…ampunilah kami akan kesalahan kami…” (Matius 6:12). Sesungguhnya kesalahan berarti juga “hutang” di dalam bahasa aslinya. Hutang bermakna sesuatu yang harus kita lunasi atau bayar. Dan di dalam penjabaran lanjutannya, kesalahan bukan hanya soal perbuatan salah yang kita lakukan, namun juga perbuatan baik yang sepatutnya kita lakukan, namun belum kita lakukan.
Terlambat mencintai sungguh sesuatu yang menyakitkan dan menyesakkan dada. Kita ingin memberikan cinta kepada seseorang, namun belum kita memberikannya, ia sudah tiada. Ia meninggalkan kita di dalam penyesalan. Sesal yang mungkin akan terus ada selamanya.
Jadi, jangan sampai Anda terlambat mencintai seseorang. Jika ada kesempatan untuk menyatakan cinta itu hari ini juga, lakukan. Jika ada hubungan yang sudah renggang antara anak dengan orangtua, atau antara kita dengan teman atau sahabat baik, atau kepada pasangan, segera pulihkan hubungan itu. Tidak salah jika kita meminta maaf terlebih dahulu. Hubungi dia dan katakan betapa Anda mencintainya. Jangan sampai Anda terlambat mencintai.
Recommended for you
Baca Halaman Selanjutnya 1 2