Uang di Mata Kita
Apa sesungguhnya makna uang di mata kita? Apakah itu sesuatu yang harus dicari dan diusahakan sepenuh hati dan sepenuh tenaga? Apakah itu menjadi sebuah beban dan tanggung jawab yang membuat kita bahkan menjadi sangat malas saat akan bangun tidur? Atau itu sebagai bentuk ungkapan syukur kita atas kehidupan ini?
Ketika Allah menurunkan manna dari langit untuk menjadi makanan bagi Bangsa Israel di padang gurun, Tuhan menyampaikan juga untuk mengambilnya setiap hari sebanyak yang perlu untuk sehari (Keluaran 16:4). Lalu, satu hari menjelang hari Sabat, Bangsa Israel bisa mengambil 2 kali lebih banyak untuk menjadi makanan mereka di hari Sabat (Keluaran 16:22,27). Namun, nyatanya, ada sebagian dari Bangsa Israel yang mengambil melebihi kebutuhan mereka, akibatnya manna itu menjadi busuk. Tentu Tuhan juga tidak menghendakinya. Pertama, karena Bangsa Israel tidak mengikuti atau mengindahkan perintah Tuhan, Dan yang kedua yang tidak kalah penting, karena mereka serakah.
Pelajaran di padang gurun selama puluhan tahun ternyata masih bisa kita temukan aplikasinya sampai dengan hari ini. Bahkan dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengingatkan mengenai orang-orang yang ingin kaya membahayakan jiwa mereka sendiri. Mereka tidak merasa puas atas apa yang telah mereka miliki tetapi selalu menginginkan lebih dan lebih lagi. Keinginan mereka itu didorong oleh rasa “cinta akan uang” yang adalah akar dari segala kejahatan.
Tentu yang menjadi masalah bukanlah uang. Uang adalah benda mati. Ia tidak bisa melakukan apapun. Namun, masalahnya adalah pada makna uang di mata kita. Apakah keserakahan menguasai hati kita? Keinginan untuk menimbun lebih banyak daripada yang sebenarnya diperlukan? Bahkan kita rela melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani dan perintah Tuhan demi uang?
Uang bisa menjadi alat yang ampuh untuk digunakan bagi kebaikan sesama, tetapi juga dapat menguasai dan memperbudak kita. Ia bisa menjadi Tuhan kita. Mari kita sama-sama belajar untuk menjaga hati kita dari segala keserakahan dan memantapkan hidup kita dengan selalu mengucap syukur atas apa yang telah kita terima dari Allah, serta senantiasa mempercayai Dia sepenuhnya.