Untukmu, Sahabatku#2, Keluarga Tulang Iren-part 2
SEBELUMNYA/ CONTINUED FROM PART 1Kalau sebelumnya adik saya yang menuliskan part 1, maka kali ini, saya akan membagikan sedikit mengenai Keluarga Tulang Iren, keluarga terdekat yang saya miliki setelah keluarga inti kami dengan papa, mama, dan adik. Ini adalah lanjutan dari part 1, jadi, saya sarankan untuk terlebih dahulu membaca cerita sebelumnya, supaya Anda dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang keluarga ini.
Tidak ada yang dapat menggantikan semua kebaikan yang telah keluarga Tulang Iren (selanjutnya-mereka) berikan kepada kami berdua. Selama empat tahun bersekolah, 3 tahun di SMP, dan 1 tahun di SMA, Tulang Iren atau Nantulang Iren selalu mengantar kami ke sekolah saat itu. Bahkan, saat adik memutuskan untuk bersekolah di SMA 8 Jakarta, tulang dan nantulang tetap mengantarkan adik sampai ke pintu gerbang sekolah. Sungguh kebaikan yang tidak dapat digantikan. Selain itu, tulang dan nantulang juga amat perhatian dengan pendidikan kami, mereka menyarankan kami saat masih SD untuk bersekolah di SMP Kanisius. Sewaktu itu, kami sempat ragu, melihat jauhnya jarak dari rumah ke sekolah. Namun, tulang memberikan dorongan kepada kami untuk mengambil formulir dan mengikuti ujian di Kanisius. Saat SMA begitu pula, hingga saat mau masuk kuliah pun. Tulang menyarankan kami untuk mencoba ujian di Nanyang Technological University (NTU), tempat di mana Bang Niko sekarang berkuliah, atau mencoba beasiswa ke Jepang. Dan alhasil, ternyata benar, adik saya berhasil memperoleh beasiswa untuk belajar di Jepang, dan sekarang ini saya berkuliah di ITB. Itu semua tidak terlepas dari dorongan dan sarang yang Tulang dan Nantulang Iren berikan.Lebih jauh lagi, soal kak Iren.
Sama halnya dengan kak Ester (baca juga Untukmu, Sahabatku#3, Keluarga Dhika Dinata-part 2), kami berdua menganggap kak Iren sebagai kakak kami. Dia mampu mengayomi kami dan juga memberi teladan bagi kami berdua. Saat itu saya masih ingat persis bagaimana ia mengenalkan kami dengan game Harvest Moon-Back to Nature, sebuah permainan game PS 1, yang sampai sekarang ini menjadi permainan favorit kami berdua. Kak Iren juga adalah pelayan di HKBP Pondok Bambu sebagai organis. Saya tidak pernah menyaksikan langsung saat ia bermain di gereja. Namun, saat acara tahun baru 2011 kemarin, yang dilangsungkan di rumah Tulang Iren, saya dapat melihat langsung bagaimana kak Iren mempu memainkan organ dengan sangat baik sambil mengiringi acara kebaktian tutup tahun itu. Sekarang kak Iren telah lulus dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Lewat perbincangan terakhir dengannya, saya tahu bahwa kak Iren ingin bekerja di LSM-LSM yang menangani bencana di Indonesia, yang bagi saya amat mulia.
Katanya juga, kak Iren menjadi kakak rohani di kampus UI. Wah, hebatnya! Ia mampu mengayomi adik-adik (dalam hal ini, adik-adik rohaninya) untuk lebih dekat kepada Tuhan. Berarti, kak Iren, secara tidak langsung telah turut di dalam pelayanan misi Kerajaan Allah di dunia, dengan memberitakan kabar sukacita kepada orang lain.
Khususnya untuk bang Niko dan Naomi, ijinkan saya menyampaikannya di artikel selanjutnya. Ini bukan berarti mereka berdua kurang penting daripada kak Iren, namun ini semata-mata karena saya ingin mendalami semua kebaikan mereka. Mendalami, dan jauh mendalami agar saya dapat menerjemahkan semuanya itu ke dalam kata-kata yang tepat untuk menggambarkan kebaikan mereka. Ya, seluruh kebaikan mereka!
*Catatan:
Sebutan Tulang dalam lingkup kecil dikenakan pada saudara laki-laki kandung dari Ibu atau laki-laki yang bermarga sama dengan Ibu. Dalam lingkup besar, digunakan untuk menyebut orang yang dihormati.
Sebutan Tulang dalam lingkup kecil dikenakan pada saudara laki-laki kandung dari Ibu atau laki-laki yang bermarga sama dengan Ibu. Dalam lingkup besar, digunakan untuk menyebut orang yang dihormati.