Waktu Teduh
Apa itu waktu teduh?
Setiap tukang kebun yang berpengalaman mengetahui bahwa untuk menghasilkan bunga-bunga yang indah diperlukan ketekunan dan kerja keras. Tidak cukup dengan menabur bibit saja. Tanah harus disiapkan, benih harus disirami, rumput-rumput liar harus dibuang. Pekerjaan pemeliharaan itu perlu dilakukan setiap hari supaya tanaman muda itu jangan mati. Tapi pada akhirnya, segala ketekunan dan kerja keras itu membawa hasil dalam bentuk bunga-bunga yang indah dipandang dan harum baunya.
Demikian juga persekutuan kita dengan Tuhan memerlukan pemeliharaan. Tiap hari kita perlu datang kepada Tuhan kalau ingin hubungan ini tumbuh dan berkembang. Dan akhirnya, buah roh yang tertulis dalam Galatia 5:22-23 akan terlihat juga dalam hidup kita, bagi kemuliaan Tuhan.
Apa itu waktu teduh?
Waktu teduh adalah waktu khusus yang disediakan tiap hari bagi Tuhan. Sebaiknya waktu itu disediakan pada pagi hari sebelum sarapan. Dalam waktu itu kita bertemu dengan Tuhan, berbicara dengan-Nya dalam doa dan mendengar apa yang Ia katakan melalui Firman-Nya.
Waktu teduh adalah respons kita terhadap kerinduan Allah Bapa untuk bersekutu dengan anak-Nya. Waktu teduh adalah persekutuan yang indah dengan Tuhan pada permulaan tiap hari, dan merupakan penyerahan diri secara baru untuk hari itu.
Mengapa perlu waktu teduh?
Ada tiga alasan mengapa kita perlu mengadakan waktu teduh. Pertama, waktu teduh adalah contoh yang dilakukan Yesus sendiri. Yesus menunjukkan betapa Ia menikmati persekutuan dengan Bapa-Nya. Meskipun hari sebelumnya Ia sibuk sekali, tetapi keesokan harinya Ia bangun pagi-pagi dan menyediakan waktu bagi Bapa-Nya. Kisah ini tertulis dalam Markus 1:21-37. Kalau Yesus yang adalah manusia sempurna memerlukan waktu teduh untuk bersekutu dengan Allah Bapa, apalagi kita semua.
Kedua, Tuhan merindukan persekutuan dengan kita. Ini suatu hal yang luar biasa, bahwa Tuhan Allah Pencipta Langit dan Bumi benar-benar menginginkan persekutuan dengan ciptaan-Nya. Tuhan menghargai persekutuan kita dengan-Nya, daripada apa yang kita lakukan bagi-Nya. Tuhan lebih menginginkan persekutuan pribadi yang teratur dengan setiap manusia.
Akhirnya, yang ketiga, tanpa waktu teduh yang teratur, kita tidak dapat tumbuh dalam iman. Orang-orang saleh yang dipakai Tuhan dari abad ke abad, semuanya mempunyai waktu teduh yang teratur. Misalnya Daud seperti yang tertulis dalam Mazmur 5:4. “TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.” Juga Daniel seperti dalam Daniel 6:11. “Demi didengar Daniel, bahwa surat perintah itu telah dibuat, pergilah ia ke rumahnya. Dalam kamar atasnya ada tingkap-tingkap yang terbuka ke arah Yerusalem; tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya, seperti yang biasa dilakukannya.” Juga Bapa-Bapa Gereja seperti Martin Luther, John Wesley, dan lain-lainnya.
Dikutip dari: Memulai Hidup Baru, Persekutuan Kristen Antar Universitas, 1978.
Sumber gambar : BlogSpot