Keindahan Hari Kasih Sayang
Hari kasih sayang kembali kita lewati pada 14 Februari ini. Saya tidak ingin berbicara mengenai pro kontra apakah kita boleh merayakan hari kasih sayang ini atau tidak. Saya hanya ingin membagikan apa yang saya dapatkan dari tayangan televisi TBS (Tokyo Broadcasting Station) Jepang mengenai keindahan hari kasih sayang ini.
Hari Kasih Sayang di Jepang
Saya ingin memulainya dengan sebuah kalimat dalam bahasa Jepang yang paling sering diucapkan saat perayaan hari kasih sayang. “Higoro no kansha no kimochi wo komete, kono purezento wo anata ni agemasu.” Artinya kurang lebih sebagai berikut: “Terimalah hadiah ini sebagai ungkapan rasa terimakasih saya selama ini.” Kita harus paham bahwa mengasihi orang lain tidak hanya saat hari valentine saja. Tapi valentine atau hari kasih sayang bisa menjadi momen baik untuk mengucapkan terimakasih selama ini.
Ucapan yang sama juga diutarakan oleh Akira-san kepada istrinya Yuuko-san dalam sebuah liputan televisi pada 14 Februari lalu. Liputan televisi ini adalah bagian acara televisi yang membahas mengenai otak manusia, khususnya meliput penyakit alzheimer. Yuuko-san menderita penyakit matinya sel-sel otak tersebut selama 10 tahun lebih sejak 2004 lalu. Dan sejak 7 tahun lalu, peliputan dokumenter diadakan untuk melihat perubahan dalam diri Yuuko-san.
Tujuan peliputan ini adalah menyediakan informasi teraktual mengenai penderita Alzheimer, tapi kita bisa melihat perjuangan Akira-san, sang suami dalam mendukung dan menjaga istrinya.
Sepuluh tahun yang lalu, Yuuko-san adalah seorang ibu yang sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial. Dia sering ikut kegiatan volunteer untuk mengajarkan anak-anak kecil. Salah satu kegemarannya adalah membuat buku pop-out (buku cerita 3 dimensi) dan membacakan cerita anak-anak. Semuanya berjalan sangat indah, hingga penyakit itu datang.
Yuuko-san sadar bahwa belakangan ini kemampuannya mengingat turun drastis. Dia bahkan tidak ingat di mana harus meletakkan peralatan dapur setelah mencucinya. Dia juga lupa tempat mentega atau susu kotak. Menyadari keanehan dalam dirinya, dia pun memeriksakan diri ke dokter. Hasil penelitian rumah sakit menyatakan bahwa Yuuko-san menderita penyakit Alzheimer.
Meskipun divonis menderita alzheimer, Yuuko-san tetap bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari. Senyum masih terlihat jelas di wajahnya. Namun seiring berjalannya waktu, ingatannya sedikit demi sedikit berkurang dan hilang sama sekali. Dia tersesat dan tidak tahu jalan pulang. Bisa mencuci beras namun tidak bisa menanak nasi. Lupa bagaimana mencolokkan ke dalam colokan listrik. Lupa di mana meletakkan sayur-sayuran. Lupa bagaimana memegang sendok dan sumpit. Lupa bagaimana mengenakan pakaian. Senyum Yuuko-san pun lenyap ditelan penyakit Alzheimer. Sang suami, Akira-san pun akhirnya memilih untuk berhenti bekerja dan merawat istrinya yang sakit parah.
Recommended for you
Baca Halaman Selanjutnya 1 2