Memilih Pasangan Hidup | Menunggu Tuhan
Memilih pasangan hidup menjadi topik masalah pada pemuda sekarang bahkan oleh para remaja. Sebenarnya, bagaimana sih memilih pasangan hidup itu? Sejauh apa peranan saya, atau juga peranan Tuhan dalam proses memilih ini? Apakah semua keputusan mutlak di tangan Tuhan? Atau mutlak di tangan saya? Kan ini hidup saya… Atau bagaimana? Masalahnya, memilih pasangan hidup bukanlah pilihan yang dapat diulang atau setidaknya dicoba kembali. Ini pilihan sekali seumur hidup (jika kata perpisahan dan perceraian tidak masuk ke dalam kamus hidup Anda). Dalam tulisan ini kita akan mencoba menggali kebenaran Firman Tuhan mengenai pasangan hidup. Mengenai MEMILIH pasangan hidup (baca juga tulisan sebelumnya)
Di tulisan ini, saya akan membahas mengenai peranan Tuhan. Apakah Tuhan berperan dalam proses memilih pasangan hidup? Atau apakah Tuhan hanya sebatas menyediakan dan memberitahu saja?
Siapa yang Suka Menunggu
Siapa yang suka menunggu?
Hampir kebanyakan orang menjawab tidak. Menunggu bukanlah hal yang mengasyikkan dan menyenangkan. Menunggu memaksa kita untuk berada dalam kondisi yang tidak pasti. Menunggu bus atau kereta contohnya, berbagai perasaan muncul: khawatir, marah, berharap, dan kadang kecewa. Ini baru menunggu bus atau kereta, apalagi menunggu orang lain. Saya pernah mengantri untuk makan di Universal Studio Singapura saat perut saya sudah sangat lapar akibat bermain. Saat saya berada dalam antrian untuk membeli makanan, di mana melihat orang-orang yang makan dengan lahap juga bau aroma makanan yang sedap membuat saya menjadi semakin lapar. Rasa lapar harus tetap kita tahan sembari menunggu makanan disiapkan.
Saya yakin, menunggu menjadi bagian penting dalam kehidupan kita. Sejak lahir hingga dewasa, kita berada dalam sebuah siklus: menunggu dan ditunggu. Siklus menunggu dan ditunggu ini membuktikan bahwa manusia memang adalah makhluk sosial. Kita bergantung kepada orang lain. Dan kadang, kita harus menerima kenyataan pahit: menunggu merupakan sebuah realita bahwa tidak semua hal dapat kita peroleh di saat itu juga.
Menunggu Tuhan
Sebagai seorang Kristen, kita harus belajar dan belajar lagi bahwa kita harus menunggu Tuhan, yang akan menyediakan semua yang kita butuhkan. Menunggu bukanlah sesuatu yang mudah bagi setiap orang. Kita harus menyadari bahwa waktunya Tuhan adalah yang terbaik dan bahwa Dia tahu apa yang terbaik bagi kita. Menunggu Tuhan bukanlah sebuah pilihan populer di masa kini, di mana semua orang ingin serba cepat dan serba instan. Namun begitu, untuk pasangan hidup, menunggu Tuhan merupakan sebuah pilihan terbaik yang saya pikirkan ketimbang asal memilih dan akhirnya menyesal. Meskipun saya sadar bahwa saya harus tetap menahan godaan untuk mulai berhubungan dengan seseorang di saat teman-teman di sekitar sudah lama berpacaran bahkan mulai berencana untuk menikah.
“Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” Amsal 3:5-6
Mari sejenak kita ke Kejadian 24, kisah saat Ribka dipinang bagi Ishak. Mari lihat ke ayat 7, “Tuhan … akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang isteri dari sana untuk anakku.” Perkataan itu adalah jawaban Abraham saat hambanya menyatakan keraguan untuk mengambil seorang istri bagi Ishak. Sebuah pernyataan iman yang luar biasa bagi saya pribadi, Abraham sungguh percaya kepada bantuan Tuhan untuk menunjukkan siapa wanita yang tepat bagi anaknya. Ia percaya bahwa Tuhan akan menyediakan seorang istri yang tepat dan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Perjalanan iman Abraham selama bertahun-tahun sebelumnya–bahkan sejak Ishak masih belum lahir– membuat Abraham dapat percaya penuh kepada Tuhan. Mengapa ia harus ragu saat ini?
Seperti Abraham, kita juga dapat menggantungkan harapan dan kepercayaan kita kepada Tuhan. Kita percaya bahwa keseluruhan hidup kita berada di bawah kontrol Tuhan. Sepanjang hidup kita takut akan Tuhan, taat, dan rendah hati, maka Tuhan akan menunjukkan jalan yang harus kita pilih (Maz 25:12). Jalan yang harus kita pilih salah satunya pun adalah memilih seorang pasangan hidup.
Saat Tuhan sepertinya Diam
Menunggu memang menguji kesabaran. Menunggu kedatangan bus di halte. Menunggu antrian makan di sebuah restoran. Termasuk menunggu Tuhan menunjukkan siapa pasangan hidup kita. Saya mau mengajak teman-teman untuk belajar meyakini bahwa setiap “penundaan” atau “masa menunggu” yang terjadi adalah untuk kebaikan kita. Tuhan sama sekali tidak bermaksud mempermainkan kita. Menunggu memang merisaukan, kita dihadapkan pada sebuah ketidakpastian. Apakah Tuhan akan memberi pasangan hidup itu? Kapan? Kok lama sekali ya… Namun, masa-masa menunggu itu merupakan tanda bahwa Tuhan mengasihi kita. Bukankah jika Ia mengasihi kita, maka Ia akan segera memberikan pasangan hidup? dan tidak membawa kita kepada kondisi yang tidak pasti ini?
Banyak orang, muda dan tua, menderita “panik yang berkepanjangan.” Seorang anak muda yang belum punya pacar mulai dilanda panik ketika ia memasuki tahun terakhir di perguruan tinggi atau ketika mencapai usia tertentu yang dianggap tua, sementara semua temannya telah menikah. Dan orang yang lebih tua mulai panik ketika mereka sudah merasa cukup umur dan mereka betul-betul mendambakan seorang pendamping. Masa-masa menunggu Tuhan memberikan kejelasan mengenai pasangan hidup adalah waktu terbaik kita untuk semakin mengenal Tuhan kita. Tuhan rindu dapat berhubungan dekat dengan kita, Ia rindu untuk menjalin relasi dengan kita.
Entah Anda sudah tua atau masih muda, Tuhan ingin Anda menghubungi-Nya, hidup dekat dengan-Nya dan menunggu tindakan-Nya (Mazmur 27:13-14; Yesaya 30: 18). Jujurlah kepada Tuhan tentang keinginan Anda untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita atau seorang pria untuk menikah. Semua perasaan itu tidak salah dan indah! Tetapi jangan hilang sabar dan menyimpang dari Tuhan dalam usaha menemukan seseorang yang ingin Anda nikahi.
Sumber gambar : card.teesalonika.com
4 thoughts on “Memilih Pasangan Hidup | Menunggu Tuhan”