Mengasihi Orang Lain
Mengapa kita mengasihi orang lain?
Kita mengasihi orang lain atau berbuat baik bukan untuk memperoleh pengampunan atas dosa-dosa kita. Bukan. Bagaimana mungkin kesalahan yang kita lakukan kepada Allah dapat dilunasi/ digantikan dengan mengasihi kita kepada orang lain? Kita mengasihi juga bukan untuk memperoleh jaminan mati dan masuk sorga kelak. Atau supaya ada orang-orang (anak yatim-piatu) yang memanjatkan doa supaya kelak kita mudah masuk sorga. Apalagi berbuat baik supaya dilihat orang.
Kita mengasihi karena kita sudah memperoleh dan merasakan kasih itu. Kasih Allah yang begitu besar bagi setiap kita: Ia tidak ingin manusia binasa dalam hukuman akibat dosa-dosa yang kita lakukan. Allah kemudian mengutus Yesus untuk datang ke dunia. Melalui pengorbanan Yesus di kayu salib untuk menebus dosa-dosa kita semua, kita dibebaskan dari hukuman. Kasih dan cinta-Nya yang amat besar itu membuat kita yang seharusnya dihukum, kini dapat memperoleh pengampunan bahkan jaminan untuk hidup yang kekal. Kasih Allah itulah yang mengubahkan hidup kita dan cara pandang kita kepada sesama. Kita bukan mengasihi SUPAYA Allah mengampuni dosa kita atau SUPAYA kita bisa masuk sorga. Kita mengasihi KARENA Allah sudah mengasihi kita terlebih dahulu.
Ada tiga hal yang saya pelajari mengenai mengasihi. Baiklah kita membahasnya dan semoga bisa menjadi dasar yang teguh bagi kita untuk terus bisa menyatakan kasih kita kepada orang lain.
Mengasihi adalah perintah Allah
Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain (Yoh 15:17).
Yesus memberikan perintah kepada para pengikutnya termasuk kepada kita yang hidup di masa kini, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 22:37-40).
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi (Yoh 13:35).
Karena mengasihi adalah sebuah perintah Allah, maka kita harus belajar untuk melakukannya. Mengasihi bukanlah sebuah pilihan atau kondisi: saya mengasihi orang yang sudah baik kepada saya. Benar. Namun, karena mengasihi adalah sebuah perintah, maka kita tidak perlu alasan atau kondisi untuk dapat mengasihi orang lain. Meskipun kita sedang tidak punya uang, kita tetap harus memberikan waktu dan tenaga kita bagi orang-orang yang terkena musibah. Meskipun kita lelah atau sedang marah, kita tetap harus mengasihi keluarga dan tetangga di sekitar rumah kita. Bahkan ekstremnya, meskipun kita disakiti dan dikecewakan, kita tetap bisa mengasihi.
Mengasihi adalah pengorbanan
Betapa mudahnya kita terkungkung di dalam dunia, kehidupan, masalah, dan pergumulan kita sendiri. Inilah yang seakan-akan menghalangi kita untuk dapat menyatakan kasih kepada orang lain. Mengasihi menuntut pengorbanan kita. Mengasihi menuntut kita untuk menyangkal diri kita sendiri. Artinya, kita melihat orang lain lebih utama daripada diri kita sendiri. Mengorbankan nyawa mungkin di masa kini sudah tidak begitu relevan lagi, namun kita bisa memberikan uang, waktu, tenaga, atau perhatian kita kepada orang lain.
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya (Yoh 15:13).
Mengasihi adalah makna hidup sejati
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih (1 Kor 13:13).
Banyak orang yang berusaha mencari makna hidup mereka. Mereka bekerja keras, banting tulang, memperoleh uang, kemudian membeli rumah dan liburan setiap tahunnya. Keluarga bahagia dan berkecukupan. Itulah makna hidup. Itu benar! Tidak ada yang salah. Namun, salah satu tujuan atau makna hidup kita adalah juga untuk menyatakan kasih dan kemuliaan Allah. Supaya orang lain bisa merasakan betapa Allah mengasihi mereka melalui tindakan kasih yang kita lakukan.
Hidup kita yang hanya sementara di dunia ini, dan tentu jangan sampai berlalu begitu saja. Saya mengajak teman-teman untuk merenung sejenak tentang nama seseorang yang mungkin sudah lama tidak kita temui atau sudah lama kita tidak berkomunikasi dengannya. Mari hari ini kita coba untuk menyatakan kasih kita, mungkin dengan mengirimkan pesan, menanyakan kabar, dan tentu membawa mereka dalam doa kita. Kita belajar mengasihi orang lain, mulai dari hal-hal kecil dan sederhana. Itulah makna hidup kita.