Pasangan yang Membuat Kita Semakin Dekat Tuhan
Saat sedang di kantor dan mengerjakan beberapa desain dan simulasi, saya hampir selalu melakukannya sambil membaca renungan, mendengarkan lagu-lagu rohani, atau mendengarkan rekaman kotbah. Tidak selalu sih, namun pada momen-momen tertentu, saya merasa bisa lebih berkonsentrasi jika melakukan 2 atau 3 tugas sekaligus. Termasuk pada minggu ini, saat mengerjakan simulasi untuk sebuah proyek di kantor. Hari itu, saya mendengarkan rekaman kotbah PAKJ (Persekutuan Alumni Kristen Jakarta) mengenai Yusuf: Tetap berjuang di tengah-tengah pergumulan. Pada tema ini, kita diajak untuk tetap terus berjuang melakukan tugas kita di dunia ini, meskipun terlihat ada begitu tantangan. Yusuf terus setia dan berjuang melakukan yang terbaik, dan Allah menyatakan kuasanya dalam bentuk sebuah rencana jangka panjang untuk menyelamatkan keluarga [dan bangsanya, Bangsa Israel] dari bencana kelaparan. Sebuah tema yang menarik, namun, saya cukup terkesan saat membahas mengenai pasangan hidup. Pasangan yang membuat kita semakin dekat Tuhan.
“Bagaimana mengetahui bahwa dialah pasangan hidup kita?” itulah yang dikatakan oleh Bang Peter Jacob. “Gampang kok,” “Pasangan hidup yang baik adalah yang membuat kita semakin dekat dengan Tuhan.”
Saya merasa cukup terkesan dengan sebuah perbandingan yang simpel mengenai pasangan hidup tersebut. Pasangan hidup yang baik adalah pasangan yang membuat kita semakin dekat Tuhan. Namun jika dengannya kita semakin jauh dari Tuhan, maka dia bukanlah pasangan yang baik.
Saya bersyukur, Bertha membuat saya semakin dekat dengan Tuhan. Setidaknya itulah yang saya rasakan. Dari pertama kali bertemu, pendekatan (PDKT), sampai akhirnya jadian. Kehadiran dia membuat hidup saya jadi lebih berwarna. Kami saling bertukar cerita, saling mendukung dan mendoakan, serta belajar untuk semakin mengenal Tuhan dan pasangan masing-masing. Sampai dengan hari ini, kami bisa terus setia untuk menyampaikan rasa bersyukur kami dalam satu hari secara bergantian. Kami juga bisa melakukan Pendalaman Alkitab bersama-sama, dan hampir menyelesaikan buku PA pertama kali mengenai Menjadi Sahabat.
Beberapa masalah dan pergumulan dalam pekerjaan, keluarga, dan hubungan kami sendiri juga mengajarkan saya untuk semakin dekat dengan Tuhan. Dia sering menyemangati saya dalam bekerja, serta mengingatkan saya untuk terus berdoa dan mengandalkan Tuhan. Bersama-sama, kami juga bisa terus melalui hari-hari hubungan kami, termasuk saat pertemuan pertama Bertha dengan orangtua saya, dan juga saat saya sekeluarga berkunjung ke keluarga Bertha di Porsea minggu ini. Ada banyak pergumulan yang kami lalui, dan semuanya bisa dilalui. Bukan dengan kekuatan saya atau Bertha, namun karena kuasa dan anugerah Tuhan semata.
Semua rencana bisa berjalan dengan baik. Satu persatu. Beberapa dari proses itu menegangkan, harap-harap cemas, namun mengasyikkan. Kami sama-sama tidak tahu apa yang terjadi di depan. Namun, kami akan terus berjuang dan belajar satu sama lain, sambil terus berharap dan berdoa kepada Tuhan. Saya bersyukur, kami bisa terus saling mengingatkan untuk mengandalkan Tuhan.
Di dalam Alkitab, ada sebuah kisah mengenai pasangan hidup yang membuat kita menjauh dari Tuhan, yakni kisah Ahab dan Izebel. “Sesungguhnya tidak pernah ada orang seperti Ahab yang memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, karena ia telah dibujuk oleh Izebel, isterinya” ( 1 Raja-raja 21:25 ).
Terlihat lebay? Mungkin. Namun, kita diingatkan mengenai pentingnya memilih pasangan hidup kita. Memilih pasangan hidup yang tepat. Saat kita salah dalam memilih pasangan hidup, bukannya kita semakin dekat dan mengenal Allah, melainkan membuat kita semakin menjauh dari Allah.