Berani Membayar Harga
Ada banyak konsekuensi di dalam kehidupan ini. Saya memilih untuk masuk ke SMA A, maka saya harus lebih giat belajar agar bisa mengikuti pelajaran yang ada. Saya memilih handphone merek B dibanding C dan D, berarti saya harus membayar harga yang lebih mahal. Saya memilih untuk melakukan kegiatan D, dan membuat saya harus mengurangi waktu bermain dan santai saya. Itulah hidup. Penuh pilihan. Penuh konsekuensi. Saya memilih yang ini, maka selalu ada konsekuensi yang datang mengikuti pilihan tersebut. Mungkin buruk. Mungkin juga tidak. Mungkin membangun. Mungkin juga malah mematahkan semangat.
Harus Berani Membayar Harga
Kalau boleh memakai istilah keren, ijinkan saya memakai berani membayar harga sebagai topik utama tulisan saya kali ini, yang pada akhirnya menjadi judul dari tulisan ini. “Berani membayar harga” bukan hanya istilah biasa yang tak bermakna apa pun. Berani membayar harga adalah sebuah frasa yang memiliki makna yang amat mendalam, setidaknya di dalam diri saya. Frasa yang kembali mengingatkan saya akan arti dari sebuah pilihan dan konsekuensi. Frasa yang juga mengingatkan saya mengenai keberanian untuk terus melangkah dalam pilihan ini. Meskipun ada banyak tantangan dan rintangan, frasa ini yang terus memberikan kekuatan.
Berdiri bersama di sini sebagai siapakah?
Berdoa bersama bertekad akankah kau tetap setia?
Sadarilah wahai jiwaku, engkaulah terpilih
Tiada yang membuat kita pantas, selain karena anugerah
Jalan penuh tantangan ‘kan dihadapi
Cinta pada Tuhanlah yang menguatkan
Hidup penuh ujian ‘kan dialami
Cinta dari Tuhanlah yang ‘kan menolongmu
Lakukanlah bagian pelayanan kita
Roh Kudus ‘kan menuntun hati yang setia
Beranjaklah dari kenyamanan kita
Dia, Allah, yang memegang tanganmu
-Theme Song KKRJB VIII, 2009-
Kalimat-kalimat di atas adalah lirik lagu tema dari Kamp Kepemimpinan Regional Jawa Barat (KKRJB) ke-8 tahun 2009. Lagu yang kembali mengingatkan saya akan sebuah konsekuensi dari sebuah pelayanan.
Pelayanan bagi saya adalah sebuah anugerah. Siapa saya? Saya hanya manusia yang penuh dengan dosa, dan pantasnya dihukum berat berupa kematian kekal. Eh, kok tiba-tiba turut serta di dalam pekerjaan Tuhan. Itulah anugerah. Pemberian Allah. Allah bebas memberikannya kepada siapa pun, kepada Anda, saya, orang di luar sana yang sedang melihat, atau siapa pun. Kita adalah orang-orang yang terpilih. Terpilih untuk memperoleh keselamatan sekaligus anugerah pelayanan.
Berdiri bersama di sini sebagai siapakah?
Berdoa bersama bertekad akankah kau tetap setia?
Sadarilah wahai jiwaku, engkaulah terpilih
Tiada yang membuat kita pantas, selain karena anugerah
Tetapi, konsekuensi dari pilihan ini tidaklah berhenti pada titik ini. Pilihan untuk hidup melayani juga pasti akan menghadapkan kita pada banyak tantangan dan pergumulan. Ada orang yang menyepelekan, menyindir semua pelayanan yang kita kerjakan. Namun, saya katakan, tetap lihat ke atas, tetap lihat kepada Tuhan Yesus yang sudah mempercayakan pelayanan ini. Jadi, meskipun banyak orang yang mengecewakan, mengejek, atau apa pun itu, hati kita tetap siap dan tulus untuk melayani. Hati kita tetap teguh dan setia menjalankan tugas pelayanan ini. Andalkan Tuhan Yesus selalu, berserah dan berharaplah kepada-Nya semata, Dia yang akan memampukan dan memberikan kekuatan bagi kita.
Jalan penuh tantangan ‘kan dihadapi
Cinta pada Tuhanlah yang menguatkan
Hidup penuh ujian ‘kan dialami
Cinta dari Tuhanlah yang ‘kan menolongmu
Nah, sekarang, pilihan ada di tangan kita. Kerinduan untuk melayani pada dasarnya sudah ditaruh Allah di dalam setiap hati orang yang percaya kepada-Nya. Saya juga yakin Anda pasti sudah mendengarnya. Mungkin ada pura-pura tidak mendengar, mungkin Anda juga ragu dan bingung, atau bahkan Anda mengabaikannya. Anda biarkan saja suara itu terus menggema di dalam hati.
Lakukanlah bagian pelayanan kita
Roh Kudus ‘kan menuntun hati yang setia
Beranjaklah dari kenyamanan kita
Dia, Allah, yang memegang tanganmu
Di kala Anda membaca tulisan ini, bukanlah suatu kebetulan semata. Ini adalah saat bagi Anda untuk bangun, berdiri, dan mulai melangkah di dalam sebuah pelayanan. Beranjaklah dari zona nyaman Anda. Bersama dengan Roh Allah sendiri, kita pasti bisa mengerjakan pelayanan ini. Pelayanan yang bagi saya, adalah anugerah yang begitu luar biasa. Kita harus berani membayar harga demi pelayanan.