Membantu Sesama di Hari Natal
Membantu sesama di Hari Natal : Kisah Para Rasul 1:41-47, 4: 32-37
Ayat tema: Hari-hari ini adalah hari yang sulit bagi kita semua, ya umur-umur remaja menjelang dewasa. Sibuk belajar untuk ujian-ujian, tugas yang menggunung, pikiran menjadi kacau rasanya. Tubuh juga lelah. Itu baru urusan akademik, belum lagi kegiatan di luar. Ada ekstrakurikuler di sekolah, pelayanan di gereja, pekerjaan di rumah, yang juga jelas menuntut waktu, tenaga, dan pikiran kita. Dalam keadaan mendesak seperti ini, sering kepekaan kita sebagai orang percaya terhadap lingkungan mulai berkurang, bahkan mungkin hilang ditelan kesibukan itu. Seakan keegoisan kita muncul dan akhirnya kepentingan pribadi menjadi prioritas yang utama. Masihkah kita memikirkan sesama? Masihkah membantu sesama?
Membantu Sesama di Hari Natal yang Indah
Ada dunia masyarakat yang ada di sekitar kita, yang kerap menuntut kepedulian kita. Ada bencana banjir yang terjadi di beberapa daerah, gempa bumi yang membawa banyak korban jiwa. Di luar semuanya itu, masih ada pengemis yang meminta-minta di depan sekolah kita. Bahkan ada teman-teman yang meminta kita untuk mengajari pelajaran di sekolah. Semua memerlukan kehadiran kita. Tetapi sering jawaban kita, “Ah, sibuk, bisa-bisanya ya mereka minta bantuan”, atau “Huft, ada-ada saja, emangnya gak capek?” Bukan rasa ingin membantu dan merendahkan diri untuk berbagi kasih dengan orang-orang yang membutuhkan bantuan. Bukan juga kasih dan kepedulian. Hanya keluhan yang terlontar dari mulut maupun dari dalam hati.
Benarkah sikap seperti uraian di atas? Bukankah kita adalah agen-agen Kristus di dunia ini? Perantara kasih Kristus bagi lingkungan di mana kita berada? Selalu saja ada alasan kita untuk tidak melakukan tugas itu. Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, mungkin kita lebih sering menutup mata hati kita, membuat kita kurang peka terhadap keadaan sekitar.
Keadaan yang berat ya? Memilih tanggung jawab kita kepada sesama—apalagi yang membutuhkan, dengan kewajiban studi dan pelayanan yang kita ikuti. Mari kita lihat di dalam Kisah Para Rasul 4:32-37, di dalam bagian bacaan tersebut, digambarkan keadaan jemaat mula-mula yang saling menopang, membantu, dan menguatkan. Mereka pun dikatakan sehati dan sejiwa. Tidak ada yang mementingkan diri sendiri dan bahkan jemaat yang berkecukupan dengan tulus menjual sebagian harta miliknya untuk dibagikan pada jemaat yang membutuhkan. Sehingga yang kaya tidak berkelimpahan dan yang miskin tidak berkekurangan. Mereka semua dicukupkan, di dalam kasih dan persaudaraan yang erat di dalam Kristus. Enak bukan?
Memberi dalam kesulitan dan kekurangan tanpa mementingkan diri sendiri, rasanya memang sulit dilakukan. Pada saat kita merasa cukup pun terkadang kita lupa akan keberadaan sesama kita, apalagi di dalam keadaan yang sulit. Itulah inti dari tema Natal tahun 2011 ini, “Where is the love?” Di manakah kasih? Sepertinya kita perlu bahkan harus merenungkan makna di balik tema ini. Apakah kita lebih sering memberi dari pada menerima? Apakah kita sudah memberi dengan tulus hati? Sudahkah membantu sesama? Dan apakah kasih Kristus sudah terpancar dari dalam kehidupan kita?
Natal tahun ini kiranya tidak lagi menjadi Natal yang biasa-biasa saja. Bukan perayaan tahunan biasa lagi. Natal tahun ini pasti akan lebih bermakna bila kita sadar dan mau mencontoh kehidupan jemaat mula-mula. Di tengah pelbagai kesulitan, kita tetap mau peduli dan membantu sesama kita. Kasih Kristus itu bisa nyata bagi dunia ini melalui kehidupan kita. Ingat, di tengah kesederhanaan bahkan kekurangan, berbagi kasih bukanlah suatu hal yang musthil. Selamat Natal 2011, Tuhan Yesus memberkati berlimpah-limpah.
sumber gambar : blogspot