Tarbantin 2012: Ketika Sumbu Itu Habis
Kepada Tarbantin 2012
Terima kasih untuk pelayanan kalian selama setahun ini adik-adikku Tarbantin 2012. Dhika sebagai koordinator umum. Ratna dan Jessica sebagai bendahara maupun sekretaris. Hans (Misi), Darryl (Pubdok), Alvin (Intermedia), Yudi (PK Cowok), Lukas (Perlengkapan), Alfred (Ekstern), Monang (Musik), Haryeni (Intern), Greace (Doa), dan Livia (PK Cewek). Puji Tuhan, aku bisa mengingat nama kalian semua beserta divisi yang kalian pimpin. Tulisan ini adalah sebagai sebuah pesan dan penanda bagi kita semua. Sebuah penanda bagi karya Tuhan yang begitu luar biasa dalam pelayanan kalian setahun belakangan ini. Maafkan kalau saya sebagai senior sekaligus alumni belum banyak dapat membantu pelayanan ini. Maafkan juga saya tidak dapat hadir di ibadah Jumatan regenerasi kalian tahun ini.
Renungan Pelayanan: Ketika Sumbu Itu Habis
Untuk memberi terang sebatang lilin harus berkorban. Ia meleleh. Ia menjadi pendek. Hingga akhirnya ia habis. Seandainya tidak, ia tidak bisa bersinar. Sebatang lilin hidup bukan untuk dirinya sendiri. Ia memberi diri. Kita adalah ibarat sebatang lilin. Kita hidup bukan untuk diri sendiri. Kita juga hidup untuk melayani orang lain. Seperti lilin, kita harus eksis menjadi terang. Untuk dapat memberi terang, kita harus rela meleleh dan berkorban. Banyak yang harus dikorbankan oleh teman-teman pengurus, mulai dari waktu belajar yang berkurang, tenaga dan pikiran untuk mengurus dan mempersiapkan ini dan itu, juga perasaan.
Sinar sebatang lilin biasa-biasa saja. Cahayanya kecil, tapi ia bersinar dengan setia. Diam-diam, tanpa gembar-gembor, lilin memenuhi perannya dengan setia: menjadi terang dan memberi terang. Ia menerangi dan menyingkirkan kegelapan. Itulah pelayanan para pengurus tahun ini, Tarbantin 2012. Meskipun terlihat dalam lingkup kecil, lilin itu bersinar terus. Mereka tetap melakukan tugasnya sepenuh hati.
Seperti batang lilin, pelayanan kita juga pada suatu saat akan berakhir, seperti hari ini. Sebagian dari kita harus mengakhiri pelayanan kita sebagai pengurus PMK ITB. Ada waktu untuk menyala, ada waktu untuk padam. Nanti ada lilin lain yang akan menggantikan dan meneruskan kita. Ada orang lain yang akan melanjutkan kepengurusan ini. Tetapi ini bukan akhir segalanya. Bukanlah akhir ketika sumbu itu habis. Sumbu itu memang telah habis. Lilin itu telah padam. Namun, lilin itu meninggalkan bekas. Pelayanan yang telah dilakukan meninggalkan jejak yang berkesan. Jejak yang berkesan itulah yang akan menjadi kenangan, kenangan amat indah. Bagi yang melayani dan bagi yang dilayani. Begitu pula dengan Allah, yang telah menganugerahkan semua pelayanan itu.
Hidup adalah melayani. Selamat melayani Tuhan! Terus melayani. Melayani terus. Ketika sumbu itu habis, berarti itulah akhir pelayanan. Tongkat estafet pelayanan sudah diberikan, dan kita terus berdoa untuk para pengurus baru dapat terlibat dalam pelayanan ini dengan lebih baik lagi. Terima kasih untuk pelayanannya selama setahun ini ya adik-adikku Tarbantin 2012. Biarlah Tuhan yang membalaskan semuanya itu. Kelak Bapa akan berkata “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; Masuklah dan turut dalam kebahagiaan tuanmu.”
Sekilas menjelang Ulang Tahun Perak PMK ITB
Menyaksikan karya Allah di dalam pelayanan mahasiswa di ITB menjelang dua puluh lima tahun terakhir, tidak mungkin tidak membuat kita kagum dan mengucap syukur. Di tengah-tengah beragam kekurangan dan keterbatasan yang ada, nyatanya Allah tetap menuliskan tinta emas sejarah di dalam kampus tercinta ini. Marilah kita sejenak menengok ke belakang, dan mengingat kebaikan Allah di dalam sejarah PMK ITB. Ajakan itu bukan berarti kita puas dan bangga atau nostalgia belaka, melainkan sebuah kesempatan bagi kita untuk merencanakan perjalanan berikutnya.
Recommended for you
Baca Halaman Selanjutnya 1 2