Aek Sipangolu
Bakara adalah nama wilayah yang menjadi tempat kelahiran ibu saya. Bakkara (Bakara) adalah nama sebuah wilayah di pinggiran barat daya Danau Toba, dekat Muara dan dalam wilayah administratif Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara. Terletak di antara dua bukit yang mengelilinginya, jadilah Bakara menjadi sebuah lembah yang dibatasi oleh Danau Toba dan bukit-bukit. Sebuah lembah yang sangat indah. Kali ini saya akan menceritakan mengenai salah satu objek wisata yang ada di Bakara, yaitu Aek Sipangolu.
Aek Sipangolu di Bakkara Sumut
Aek Sipangolu adalah nama sebuah air terjun di Bakara. Mata airnya berasal dari telaga batu cadas di lereng pegunungan. Asal mula air ini berkat kesaktian Raja Sisingamangaraja. Kala itu Sang Raja dalam perjalanan pulang dari Manduamas-Barus menuju Lumban Raja-Bakara dengan membawa seekor Gajah Putih (Gaja Puti) yang langka sebagai hadiah kerajaan dari Pamannya yang bernama Raja Uti. Karena perjalanan jauh dan teriknya matahari, timbul dahaga dan Gaja Puti sekarat kehausan, sementara air Tao Toba jauh terletak di kaki gunung yang terjal. Raja Sisingamangaraja berdoa kepada Ompu Mulajadi Na Bolon, kemudian menancapkan tombak Hujur Siringis ke batu cadas, dan memancarlah air dari tempat tersebut. Air tersebut diminum langsung ke mulut sehingga dinamakan (semula) sebagai Binanga Bibir (Telaga Bibir), dan disebut juga sebagai Aek Sipaulak Hosa (air pelepas dahaga).
Binanga Bibir menjadi dikenal sejak sekitar tahun 1950-an, ketika seorang lumpuh setelah mandi di air tersebut terbukti pulih dan dapat berjalan kembali. Khasiat air tersebut tersebar dan banyak masyarakat menggunakannya sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Karena daya penyembuh ajaibnya, dinamakan Aek Sipangolu artinya air (aek) yang memberi kehidupan/yang menghidupkan (sipangolu).
Aek Sipangolu – Air yang Menghidupkan
Dari aliran mata air dari atas bukit tersebut mengalir langsung dan bermuara di Danau Toba. Serta masyarakat percaya bahwa ditempat ini jugalah raja Sisingamangaraja membuat tempat permandian pribadinya. Seiring waktu salah satu masyarakat sekitar mata air itu memiliki penyakit yang tak kunjung-kunjung sembuh. Suatu malam dia bermimpi, seorang tua menyarankan dia untuk mandi ketempat mata air temapat raja Sisingamangara meminum air tersebut. Setelah orang yang bermimpi tersebut pergi kesana mandi dan meminum serta berdoa memohon agar penyakitnya cepat sembuh.
Ajaib, mujarab orang itupun sembuh total. Sejak itulah sekitar tahun 1939 Aek Bibir berganti nama menjadi Aek Sipangolu (air kehidupan). Sejak kejadian itu tersebar berita ajaib ini keseluruh tempat. Dan sampai saat ini masih dipercaya bahwa Aek Sipangolu bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Meskipun kemarau panjang aliran Aek Sipangolu ini tak pernah kering.
Di dalam hidup ini, kita juga percaya bahwa ada Air Kehidupan pada sosok Tuhan kita, Tuhan Yesus. Ia yang akan memelihara hati dan pikiran kita, memberkati kehidupan kita, dan memberikan kelegaan yang tiada duanya di dunia ini. Ia adalah air hidup, “tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.”