Apakah Aku Telah Berubah?
Sudah hampir satu setengah tahun, saya menimba ilmu di Negeri Matahari Terbit. Dan karena ada liburan musim semi, saya berkesempatan pulang ke rumah. Rumah di Indonesia maksudnya. Selama liburan, mama terus-menerus membawakan makanan-makanan yang dulu saya nikmati. “Mumpung ada di Indonesia, dek. Nanti kalau sudah kembali ke sana, dedek sudah tidak bisa makan kan?” begitu kata mama.
Siang itu mama menelepon ke rumah. “Dek, mau dibawakan apa sama mama?” tanya mama. “Tolong bawa soto saja mama” jawab saya. Saya tidak perlu menjelaskan soto jenis apa atau soto yang dijual di mana, tapi mama bisa segera mengerti. Ya, jika saya menyebutkan soto, itu hanya akan menunjuk pada satu tukang soto saja. Tukang soto di dekat kantor mama. Itu saja.
Apakah Aku Telah Berubah – Refleksi pada Diri Sendiri
Dulu setelah acara pembagian rapor SD usai, mama sering sekali mengajak saya dan abang ke Gramedia. Toko Buku Gramedia Matraman maksudnya. Tapi sebelum ke Gramedia, mama sering sekali mampir dulu di kantornya, SMA Negeri 54 Jakarta. Sembari menunggu mama, saya dan abang selalu pergi ke Toko Buku Kalam Hidup Jatinegara. Nah, kalau mama sudah selesai, mama akan menjemput saya dan abang dari toko buku dan kita sama-sama makan siang.
Kalau sudah bilang makan siang, mama pasti mengajak saya dan abang ke tukang soto. Tukang soto di depan Minisuper Jatinegara. Saya, abang, dan mama masing-masing makan sepiring soto ayam dengan dengan Fanta Merah dingin sebagai minumannya. Setiap mama mengajak saya, saya selalu senang sekali. Saya begitu menikmati sotonya. Saya sampai berpikir soto di sana adalah soto terenak di seluruh dunia. Sejak saat itulah, saya selalu meminta mama untuk membawakan soto dari tukang itu.
Saat mama pulang sore hari, mama membawakan banyak barang bawaan. Tapi mama langsung bilang, “Dek, ini mama bawa sotonya! Tapi kayaknya kuahnya sudah dingin, dipanaskan dulu!” Saya langsung membuka plastik kuah dan memanaskannya di kompor. Sambil menunggu kuahnya panas, saya tuang bihun, ayam, sayuran dan lainnya ke dalam mangkuk. Saat kuahnya sudah panas dan bau harum tercium, saya matikan api dan menuangkan kuah itu ke dalam mangkuk. Tidak pakai lama, saya langsung menyantap soto itu. “Emm, kok rasanya berubah ya ma?” tanya saya. “Mama, belinya di tukang soto yang biasa kan?” lanjut saya. “Iya dek. Itu soto yang biasa,” jawab mama. Walaupun menurut saya rasanya berubah, tapi toh saya juga menghabiskannya.
Setelah makan soto itu, saya merenung sebentar. Saya risau karena saya pikir telah berubah dan tidak menjadi diri sendiri. Padahal saya berjanji pada diri sendiri bahwa saya tidak ingin berubah. Saya tidak ingin menjadi sombong.
Recommended for you
Baca Halaman Selanjutnya 1 2