Berkejaran Waktu di Palembang
Tanggal 31 Mei kemarin, saya pergi ke Palembang untuk menghadiri acara konsinyering bersama dengan PT. PLN (Persero) UIP Sumbagsel untuk sebuah proyek yang sedang kami kerjakan. Undangan yang cukup mendadak membuat saya harus mempersiapkan perjalanan ini sambil mengerjakan proyek yang lainnya. Untungnya, semua prosedur perjalanan sudah saya urus dan tinggal meminta bantuan teman kantor untuk mengurus tiketnya. Malam sebelumnya saya tiba di rumah menjelang jam 8 malam, karena masih mengerjakan proyek di Cikarang. Beberapa bahan konsinyering sudah saya download dari server kantor dan ditaruh di dalam laptop untuk memudahkan presentasi esok hari. Seluruh rencana perjalanan berlangsung dengan lancar, hingga saatnya pulang kembali ke Jakarta. Saya harus kembali berkejaran waktu di Palembang.
Penerbangan pagi itu cukup sepi, selain karena sedang bulan Ramadhan, mungkin karena esok hari adalah libur nasional merayakan Hari Lahirnya Pancasila. Saya sempat menyimpan makanan yang diberikan di pesawat untuk berjaga-jaga jika nanti di PLN tidak ada warung makanan yang buka. Saya sudah tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II sekitar pukul 07.45. Saya sempat membalas beberapa email yang masuk di ruang tunggu bandara sambil menunggu waktu rapat di kantor PLN jam 09.00.
Saya kemudian langsung menuju ke kantor PLN di jalan Residen Rozak Palembang. Sempat menunggu sebentar seorang rekan yang berangkat dengan pesawat berikutnya, akhirnya kami memulai konsinyering sekitar jam 09.30. Sepanjang hari kami berdiskusi mengenai gambar skematik untuk sistem SAS Gardu Induk dan juga wiring diagram untuk Panel Kontrol dan Proteksinya. Saya bersyukur bisa makan makanan ringan dan juga air mineral yang saya bawa dari pesawat.
Selepas istirahat makan siang kami pun melanjutkan konsinyering sampai sekitar jam setengah lima sore. Pihak PLN nya bersemangat sekali, mungkin karena besok libur. Waktunya hanya kurang lebih 2 jam lagi menjelang keberangkatan kami. Segera sesudah mencatat beberapa poin hasil konsinyering, saya bersama dengan Mas Yaqin langsung bergegas keluar untuk menuju ke bandara.
Mendung menggelayut sore itu, langit sudah hitam, tanda akan hujan besar. Saya pun langsung memesan taksi melalui aplikasi My Blue Bird. Namun, sudah beberapa lama tidak ada taksi yang mendekat dan menerima order saya. Tiba-tiba saya teringat, bisa memesan taksi dari aplikasi ojek online, dan syukurnya, langsung ada taksi yang menerima order dan kebetulan tidak begitu jauh dari kantor PLN. Kami langsung naik dan bergegas ke Bandara. Bapak supirnya juga sangat baik dan bersedia sedikit “mengebut” untuk mengejar jadwal penerbangan kami.
Hujan semakin deras turun dan membuat beberapa titik di kota Palembang tergenang. Perjalanan kamipun tersedat karena banyak pengendara mobil maupun motor yang berpindah jalur ke sisi kanan menghindari genangan banjir. Meskipun awalnya sempat panik dan khawatir, mungkin karena kelelahan, saya jadi tertidur. Saya sekali lagi harus berkejaran waktu di Palembang.
Tetapi puji Tuhan, sekitar jam 18.15 kami sudah tiba di Bandara. Saya juga sudah check in via website, jadi tinggal mencetak ulang boarding pass. Wuah, akhirnya masih kekejar, bahkan masih ada 10 menit. Jadi saya dan Mas Yaqin memutuskan untuk membeli makan di restoran fast food AW. Seharian gak makan terasa juga laparnya, apalagi karena tadi agak panik karena berkejaran dengan waktu. Tapi Puji Tuhan semua bisa berjalan lancar. Penerbangan juga tidak delay, dan saya bisa tiba tepat waktu di Jakarta. Sungguh indah, Tuhan mengatur segala rencana dan perjalanan saya seharian ini.
Saya mengingat juga perjalanan-perjalanan lain ke Medan, Balikpapan, bahkan Makassar. Hampir semua perjalanan saya berkejaran dengan waktu. Namun, tangan Tuhan selalu bekerja dengan ajaib. Semua bisa terkejar, dan saya bisa naik pesawat tepat waktu.
Catatan: Saat sedang buru-buru turun taksi, saya langsung bilang kepada supir taksinya, bahwa pembayaran dilakukan dengan memotong saldo Go-Pay. Namun saat perjalanan pulang naik taksi dari Bandara Soekarno Hatta ke rumah, saya iseng-iseng mengecek aplikasi. Ternyata saldonya tidak terpotong. Wah, entahlah, apa mungkin terjadi error, atau mungkin ada kesalahan karena saya berada di luar kota. Semoga bapak supir semakin diberkahi oleh Tuhan. Satu lagi, karena buru-buru, saya juga jadi tidak sempat membeli oleh-oleh untuk adik pacar saya, Enda. Padahal, ingin rasanya membawakan dia oleh-oleh. Nanti lagi ya dek, hehe.
2 thoughts on “Berkejaran Waktu di Palembang”