Di Jalanku Ku Diiring
Di jalanku diiring oleh Yesus Tuhanku
Apakah yang kurang lagi, jika Dia Panduku?
Diberi damai seorgawi asal imanku teguh
Suka duka dipakai-Nya untuk kebaikanku
Suka duka dipakai-Nya untuk kebaikanku
Pagi hari ini, saya mendengarkan lagu ini berkumandang di kamar saya. Sebuah lagu yang tidak asing lagi dalam kehidupan keluarga kami. Lagu ini mengingatkan saya akan pengalaman saya sembilan tahun yang lalu, tepat di tanggal 17 Juli ini. Hari itu adalah hari pertama kami datang ke SMP Kanisius.
Di Jalanku Ku Diiring : Kenangan Hari Pertama di SMP Kanisius
Pagi itu kami sudah berangkat pukul 05.00 pagi dari rumah. Mama yang sedang mengikuti rapat kerja di puncak tidak dapat mengantarkan kami ke sekolah. Jadilah pagi itu saya dan adik berangkat ke Kanisius bersama dengan tante Tiongga. Perasaan takut dan gundah melingkupi hati saya pagi itu. Mungkin juga adik saya. Temaramnya hati kami segelap pagi itu ketika dua orang anak kecil berangkat dan menempuh perjalanan sejauh 26 kilometer ke sekolah.Tidak dapat dipungkiri, bersekolah di SMP Kanisius merupakan mimpi kami yang menjadi kenyataan. Beres menyelesaikan masa-masa SD di Strada Bhakti Wiyata, kami dihadapkan kepada sebuah pilihan: bersekolah di tempat yang jauh lebih baik namun membutuhkan sebuah komitmen dan pengorbanan ekstra. Dan hari ini adalah hari di mana pengorbanan itu sesungguhnya dimulai.
Hari itu untuk pertama kalinya kami berangkat ke suatu tempat di saat hari masih gelap. Naik becak ke depan perumahan. Dilanjutkan dengan naik angkutan Koasi 03, kemudian Metromini 506, dan terakhir naik Kopaja 502. Satu setengah jam adalah waktu yang kami butuhkan pagi itu dari rumah untuk tiba di Kanisius.
Bangunan sekolah yang megah menyambut kami pagi ini. Langit sudah cerah. Sudah banyak anak-anak lain yang berkumpul pagi itu di lapangan basket. Kami mengikuti upacara pertama bersama dengan Kepala Sekolah Bruder Triyono. Kami juga diberikan tugas yang harus disiapkan untuk hari senin nanti. Oiya, tidak lupa, hari itu kami bertemu dengan banyak sekali teman baru. Rata-rata mereka kagum melihat kami kembar. Pagi itu kami memakai seragam batik, seragam yang kelak akan saya pakai setiap hari sabtu selama enam tahun berikutnya.
Anak-anak itu adalah anak-anak orang kaya. Terlihat dari barang elektronik yang mereka bawa. Juga aksesoris berupa jam tangan, sepatu, maupun tas mereka. Kami? Mungkin kamilah orang paling miskin di antara mereka. Efek dari guncangan ekonomi pada keluarga kami belum pulih sampai dengan hari itu. Tapi Tuhan Yesus memampukan kami. Ia membuat kami menjadi tidak minder namun tetap sederhana. Kemampuan adaptasi terhadap lingkungan yang baru Tuhan karuniakan kepada kami berdua, yang sampai hari ini begitu saya syukuri.
Hari itu acara berlangsung hanya sampai pukul 10.00 pagi. Setelah masuk kelas dan mendengarkan beberapa cerita dari wali kelas kami, kami kemudian diijinkan untuk pulang ke rumah. Siang itu, kami berdua bersama dengan tante Tiongga sudah tiba di rumah pukul 11.30. Hari baru. Hari pertama kami bersekolah di SMP Kanisius. Sebuah awal dari kisah hidup kami berubah drastis.
Dua orang anak kecil yang berusaha melawan berbagai tantangan untuk mengubah nasib hanya dengan bekal kecerdasan mereka. Sebuah kisah yang sampai dengan hari ini begitu indah dan manis. Lalu lagu ini berkumandang dan mengingatkan saya mengenai bagaimana Yesus sudah membuat semuanya menjadi baik, menjadi indah, dan menjadi berkat bagi kehidupan kami. Betul, di jalanku diiring oleh Yesus Tuhanku.
Dari semula
T’lah Kau tetapkan
Hidupku dalam tanganMu
Dalam rencanaMu TuhanRencana indah
T’lah Kau siapkan
Bagi masa depanku
Yang penuh harapanS’mua baik, s’mua baik
Apa yang t’lah Kau perbuat
Di dalam hidupku
S’mua baik, sungguh teramat baik
Kau jadikan hidupku berarti.