Edge of Tomorrow: Live, Die, Repeat
Selasa malam kemarin, selepas pulang bekerja, iseng-iseng saya menyalakan televisi di apartemen. Maklum, hari-hari kerja biasa saya amat jarang menonton televisi. Selain dari kebanyakan kanal televisinya berbahasa Filipino, saya memang tidak terlalu suka menonton. Namun, malam itu, di kanal HBO, sedang diputar film Edge of Tomorrow: Live, Die, Repeat. Melihat kilas awal film ini, saya kembali mengingat saat pertama kali menonton film ini di bulan Juni 2014 (masih masa premier-nya), setelah selesai sidang Tugas Akhir bersama dengan teman-teman dan adik kelas. Sudah satu tahun setengah rupanya…waktu terasa begitu cepat berlalu.
Edge of Tomorrow
Manusia dikisahkan sedang berperang melawan Mimic, alien yang datang ke bumi. Bentuk Mimic ini seperti gurita yang kulitnya seperti batu. Sangat cepat, pintar, dan tidak segan-segan membunuh manusia tanpa ampun. Militer NATO membentuk federasi United Defense Forces (UDF) untuk mengatur peperangan di Eropa. Sebelumnya, pengenalan eksoskeleton telah memberikan UDF kemenangan atas Mimic di Verdun. Mayor William Cage (Tom Cruise), juru bicara UDF dan perwira di Angkatan Darat Amerika Serikat, dipanggil ke London untuk bertemu dengan Jenderal Brigham, komandan UDF. Terinspirasi oleh kemenangan di Verdun, UDF bermaksud untuk meluncurkan Operasi Downfall, invasi besar-besaran melawan Mimic di garis pantai Perancis. Cage menolak untuk bergabung dengan pasukan garda depan itu, akhirnya ia ditangkap dan dilucuti pangkatnya. Cage lalu dikirim ke pangkalan di Bandara Heathrow, Inggris, tempat para pasukan bersiap. Inilah awal mula kisah ini.
Keesokan paginya, Cage bersama dengan ratusan ribu pasukan memulai serangan besar-besaran di pantai Perancis. Ternyata Mimic telah sudah mengetahui dan mengantisipasi serangan itu. Banyak pasukan yang terluka dan mati. Serangan gagal total. Cage yang belum terbiasa kesulitan untuk berjalan atau menggunakan senjata. Namun, pada suatu kesempatan, Cage berhasil membunuh salah satu Mimic dengan granat dan mati tersiram darahnya. Cage kemudian terbangun di pagi sebelumnya di Heathrow, dengan posisi dan kondisi yang sama. Dia bingung, namun, semua kejadian berulang seperti saat pertama kali dia datang. Cage mengulang waktu dan kembali ke hari sebelum invasi.
Waktu terus bergulir maju dengan cara yang sama, kemudian waktu kembali mundur setiap Cage mati. Setelah beberapa kali mati dan hidup, melalui Rita dan Dr. Carter, Cage akhirnya mengetahui kalau Mimic yang ia bunuh adalah Alpha. Ketika Cage disiram oleh darah Alpha, ia mendapatkan kemampuan untuk mengulang waktu kembali. Rita dulu juga mempunyai kekuatan itu, namun, sebuah kecelakaan dan transfusi darah membuatnya kehilangan kemampuan itu. Namun, untuk mengalahkan semua Mimic, Cage harus menghancurkan Omega. Omega sendiri adalah otak atau pengendali dari semua Mimic yang ada di dunia. Lokasi Omega Cage dapatkan melalui visi pada momen-momen tertentu.
Bersama dengan Rita (Emily Blunt), mereka terus berupaya menemukan langkah selanjutnya. Mulai dari latihan berperang, kabur dari pantai, hingga memilih mobil menuju bendungan di Pegunungan Alpen. Semuanya dilalui hingga ratusan bahkan sepertinya ribuan pengulangan. Setiap kali gagal, Cage harus memastikan dirinya mati agar kemampuannya tidak hilang. Akhirnya mereka sampai pada titik bahwa mereka harus menuju Whitehall dan meminta Jenderal Bringham memberikan alat transponder yang telah diciptakan. Alat ini dapat memastikan lokasi Omega jika disuntikkan ke dalam Alpha atau seseorang dengan kemampuan mengulang waktu seperti Cage.
Recommended for you
Baca Halaman Selanjutnya 1 2