Family Altar (FA)
Hari itu tanggal 9 Maret 2012, saya dijemput Papa di Mega Bekasi sekitar pukul 20.30. Malam yang gelap dan hujan deras membuat saya merasa bersyukur dengan keberadaan mobil kami sekarang. Perjalanan pulang yang lancar membuat saya dapat tiba di rumah tepat jam sembilan. Rumah saat itu ramai. Ada FA (Family Altar)–sebutan untuk menyebutkan kebaktian wilayah di perumahan kami. Mama secara khusus mengadakan Family Altar sebagai ucapan syukur atas kepulangan adik saya dari Jepang pada siang harinya. Setelah sejenak mencuci muka, saya kemudian bergabung di dalam kebaktian Family Altar ini bersama dengan orang-orang yang sejak kecil saya telah kenal.
Kebaktian Family Altar di Rumah
Benar, orang-orang ini tidak asing lagi di dalam kehidupan saya. Kebanyakan ibu-ibu yang sering saya panggil tante. Mereka adalah teman-teman persekutuan mama di perumahan kami. Menurut mama, sejak mama masih muda, mama begitu ingin terlibat di dalam sebuah persekutuan. Dan sewaktu bertemu dengan Tante Nanda, akhirnya dibuatlah semacam kebaktian wilayah mingguan, setiap hari jumat yang dikenal sebagai Family Altar (FA). Kebaktian Family Altar ini digilir setiap minggunya, di mana tiap-tiap keluarga dengan kerelaan hatinya bersedia membukakan pintu rumahnya kepada kami untuk bersama-sama beribadah dalam Family Altar.
Waktu bergulir cepat, sejak kecil adik saya dan saya terbiasa untuk membantu mama mempersiapkan kursi dan membersihkan rumah setiap kali ada kebaktian. Mencuci gelas-gelas untuk air teh yang mama siapkan. Semuanya itu kami lakukan, karena mama atau papa baru tiba di rumah sore hari dan tidak mungkin memiliki cukup waktu untuk mempersiapkannya setiba di rumah.
Sejak kecil juga, mama sudah membiasakan kami untuk mengikuti kebaktian Family Altar. Kami bersama-sama bernyanyi dan mendengarkan Firman Tuhan di dalam setiap kebaktian Family Altar. Persekutuan yang hingga kini terus ada dan mewarnai kehidupan adik saya dan saya. Mama telah menanam kami di dalam wadah persekutuan sejak kecil, yang hingga kini memang telah mengubah sebagian besar jalan hidup kami.
Saya masih ingat jelas, rumah kami beberapa kali dijadikan tempat perayaan Tahun Baru, yaitu hari Jumat pertama dalam setiap tahun. Rumah menjadi begitu ramai, ada banyak orangtua dan anak-anak yang datang. Tiap-tiap yang datang membawa satu jenis makanan. Ada yang membawa ayam goreng, lontong sayur, sayur lalapan, bakso, sup buah, beragam buah, sirup, dan lainnya. Saat-saat itu adalah saat-saat yang menyenangkan, bertemu dengan banyak orang yang saling mengasihi. Ada berkat yang Tuhan berikan ke dalam setiap hati yang datang bersekutu, karena di situ ada kerukunan dan kebersamaan.
Saya beruntung karena kemarin kebaktian Family Altar itu berlangsung kembali di rumah. Mama menyediakan kue kesukaan saya, onde-onde dan risoles beserta buah-buahan. Tiga bulan lebih saya tidak hadir di dalam kebaktian Family Altar ini, dan semuanya terbayarkan lunas kemarin. Kebersamaan yang sama. Kesatuan yang sama juga. Kumpulan orang-orang yang saling mengasihi dan saling menguatkan.
Satu doaku hari itu, saya rindu bahwa persekutuan ini tetap ada sampai kapanpun. Sebuah doa yang berisi harapan supaya Tuhan Yesus tetap memberikan kasih-Nya kepada setiap orang yang ada di dalam persekutuan Family Altar ini. Kepada setiap keluarga mereka. Persekutuan ini telah memberikan warna di dalam hidup saya. Tempat di mana saya mulai mengerti bahwa Allah begitu ingin mencurahkan berkat-Nya kepada orang-orang yang bersatu hati dan memuji nama-Nya bersama.
Sumber Gambar : BlogSpot